Mantan Ketua PB HMI Meninggal, KAHMI Surabaya Ingat Perjuangannya
Kabar meninggalnya mantan ketua umum Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode 1963-1966 Sulastomo pada Jumat 13 Desember 2019, menyita perhatian semua kader HMI, tak terkecuali Presidium Korps Alumni HMI atau KAHMI Surabaya.
Koordinator Presidium KAHMI Surabaya Taufiqurrahman mengatakan, dirinya mewakili seluruh alumni dan kader HMI merasa sangat kehilangan dengan kepergian Sulastomo. Menurutnya, Sulastomo merupakan salah satu kader terbaik yang pernah dicetak oleh HMI.
"Kami segenap MD KAHMI Surabaya turut berbela sungkawa atas kepergian Kanda Sulastomo. Kami sangat merasa kehilangan atas kepergiannya. Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisi Allah," kata Taufiq kepada Ngopibareng.id, Jumat 13 Desember 2019.
Sebagai salah satu Ketua Umum HMI di masa-masa kritis, Sulastomo dianggap berhasil membawa HMI melewati pelbagai aral melintang yang mendera organisasi mahasiswa tertua tersebut.
Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, HMI sempat hampir dibubarkan oleh Soekarno, dikarenakan desakan, agitasi, provokasi dan propaganda para petinggi PKI yang menganggap HMI merupakan anak turun dari organisasi islam, Masyumi.
Taufiq sangat mengapresiasi keberanian Sulastomo yang bisa membuat yakin Soekarno dan ABRI bahwa HMI bukan bagian dari Masyumi, dan merupakan organisasi yang memiliki komitmen tinggi terhadap keIndonesiaan dan keislaman.
"Berkat ketegaran, keberanian dan kegigihan beliau pada masa itu, sehingga HMI bisa melewati masa-masa kritis. Karena beliau juga, orang bisa yakin bahwa HMI ini tidak seperti PKI yang ingin mengganti ideologi bangsa. HMI akhirnya survive di tangan Kanda Sulastomo," katanya.
Selain survive di zaman orde lama, HMI berhasil menjadi kekuatan ketiga bagi bangsa, dan turut berhasil menjadikan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
Taufiq mengatakan, kegigihan dan keuletan Sulastomo dalam mempertahankan idealisme dan kebenaran HMI inilah yang seharusnya diteladani dan diteruskan oleh para kader HMI secara individu, dan HMI secara organisasi untuk terus menyesuaikan konteks organisasi dengan problem kekinian yang dihadapi.
Ia berharap, para kader HMI bisa menjadikan Sulastomo panutan dalam berorganisasi. Agar, eksistensi HMI di Indonesia bisa tetap tinggi, dan bisa tetap menjadi organisasi yang mencetak kader-kader terbaik bagi bangsa.
"Semoga warisan sikap luhur tersebut terus terpelihara dan bisa menjadi amal baik almarhum dalam menghadap kepada Allah SWT. Para kader harus melihat kegigihan beliau untuk dijadikan panutan dalam berorganisasi," pungkasnya.