Facebook Merusak Remaja dan Memicu Perpecahan
Seorang mantan karyawan Facebook Inc mengatakan, produk raksasa media sosial membahayakan kesehatan mental beberapa pengguna muda, memicu perpecahan dan melemahkan demokrasi. Karena itu Senat Amerika Serikat diminta untuk memperhatikan dan menata Facebook sebagai perusahaan.
Frances Haugen, mantan karyawan Facebook mengatakan kepada subkomite Senat AS pada hari Selasa kemarin bahwa Facebook telah berulang kali menyesatkan publik menjadikan gadis remaja menderita. Frances Haugen melapor ke Senat AS sebagai whistleblower, yang artinya seorang mantan karyawan yang melaporkan terjadinya pelanggaran di perusahaan tempat dia pernah bekerja.
"Saya di sini hari ini karena saya percaya produk Facebook membahayakan anak-anak, memicu perpecahan dan melemahkan demokrasi kita," kata Haugen dalam sebuah pernyataan sebelum kesaksiannya di Capitol Hill, Gedung Kongres AS, di Washinton DC. “Tindakan Kongres diperlukan. Mereka tidak akan menyelesaikan krisis ini tanpa bantuan Anda.”
Kesaksiannya datang sehari setelah Facebook dan dua layanan utamanya, Instagram dan aplikasi perpesanan WhatsApp, mengalami down atau pemadaman global selama berjam-jam. Hal itu terjadi setelah berminggu-minggu Facebook menerima tekanan untuk menjelaskan kebijakannya bagi pengguna remaja.
Frances Haugen mengumumkan kepada publik dalam sebuah wawancara dengan CBS pada 3 Oktober dan mengungkapkan bahwa dialah yang memberikan dokumen yang digunakan dalam penyelidikan Wall Street Journal dan sidang Senat tentang dugaan kerusakan Instagram.
Laporan-laporan Wall Street Journal menunjukkan beberapa hal; Facebook berkontribusi pada peningkatan polarisasi online ketika membuat perubahan pada algoritme kontennya, gagal mengambil langkah untuk mengurangi keragu-raguan terhadap vaksin, dan Instagram membahayakan kesehatan mental gadis remaja.
"Selama Facebook beroperasi dalam bayang-bayang dan menyembunyikan penelitiannya dari pengawasan publik, itu tidak bertanggung jawab," kata Haugen panel pada hari Selasa kemarin.
“Sampai insentif berubah, Facebook tidak akan berubah. Kalau dibiarkan saja, Facebook akan terus membuat pilihan yang bertentangan dengan kebaikan bersama,” katanya. “Facebook bersembunyi di balik tembok yang membuat para peneliti dan regulator tidak memahami dinamika sebenarnya dari sistem mereka,” Frances Haugen.
Lena Pietsch, juru bicara Facebook, membantah pernyataan Frances Haugen tentang cara kerja internal perusahaan. "Kami tidak setuju dengan karakterisasinya tentang banyak masalah yang dia katakan," kata Pietsch dalam sebuah pernyataan setelah sidang.
Juru bicara lain, Kevin McAlister melalui email ke kantor berita Reuters menjelaskan bahwa perusahaan telah melindungi komunitasnya lebih penting daripada memaksimalkan keuntungan. Dia juga mengatakan tidak akurat untuk mengatakan bahwa penelitian internal yang bocor menunjukkan bahwa Instagram "beracun" untuk gadis remaja.
Pada sidang hari Selasa kemarin, para Senator AS menuduh CEO Facebook Mark Zuckerberg hanya berusaha untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi sambil bersikap angkuh tentang keamanan pengguna. Mereka juga menuntut agar regulator AS menyelidiki tuduhan Frances Haugen bahwa produk perusahaan membahayakan anak-anak dan memicu perpecahan.
Di era perpecahan politik yang mendalam di Washington, DC, baik anggota parlemen dari Partai Republik maupun Demokrat sepakat tentang perlunya perubahan besar.
Dalam pernyataan ketika membuka sidang, Senator Demokrat Richard Blumenthal, yang memimpin subkomite yang mengadakan sidang, mengatakan Facebook tahu bahwa produknya membuat ketagihan, seperti rokok. “Technologi sekarang benar-benar mngejutkan, seperti rokok, membuat orang ketagihan,” kata Blumenthal. Dia meminta Mark Zuckerberg untuk menghadap komite, dan Komisi Sekuritas dan Bursa dan Komisi Perdagangan Federal, untuk menyelidiki perusahaan.
“Anak-anak kita yang menjadi korban. Remaja saat ini melihat ke cermin merasa ragu dan tidak aman. Mark Zuckerberg seharusnya melihat dirinya di cermin," kata Blumenthal.
Senator Marsha Blackburn, Republikan di subkomite, mengatakan bahwa Facebook menutup mata terhadap anak-anak di bawah usia 13 tahun di situsnya. “Jelas bahwa Facebook memprioritaskan keuntungan di atas kesejahteraan anak-anak dan semua pengguna,” kata Marsha Blackburn.
Tetapi mengatur konten di Facebook dan platform media sosial lainnya akan sulit bagi Kongres, karena perlindungan Amandemen Pertama AS atas kebebasan berbicara. Jadi kriteria apa yang akan digunakan dan siapa yang akan mengawasi itu'.
Menurut Jason Kint, CEO Asosiasi Pembuat Konten Digital, sidang hari Selasa itu penting. “Yang berbeda dari momen ini adalah kami memiliki bukti yang datang dari dalam Capitol Hill, Gedung Kongres AS,” katanya kepada Al Jazeera.
Advertisement