Mantan Direktur PDAM Surabaya itu Kini Bupati Banyumas
Tahun ini benar-benar mudik berkah. Usai salat Id Fitri di kampung mertua Purwokerto bisa bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Banyumas Achmad Husein.
Ganjar memang sudah kenal lama karena sama-sama Pengurus Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). Ia ketua umum PP Kagama, sedangkan saya Ketua Kagama Jatim.
"Saya hanya sekali salat Ied di Semarang. Selebihnya setiap tahun saya lakukan di daerah-daerah," kata Ganjar kepada ngopibareng.id saat ramah tamah di Pendopo Kabupatan Banyumas.
Ia mengaku sudah pamit ke Presiden Joko Widodo yang setiap usai Open House di Istana Negara mudik ke Solo untuk sungkem ke Ibunya. Setiap kehadiran presiden ke daerah, secara protokoler gubernur harus mendampingi.
Saya pun menyapanya usai salat Id. Sekalian bermaaf-maafan mumpung dalam situasi lebaran. Tak hanya itu. Ganjar mengajak saya bergabung beramah tamah di pendopo kabupaten.
Setelah menyalaminya, tiba-tiba ada seseorang yang nyeletuk. "Saya dulu anak buah Pak Arif. Waktu di PDAM Surabaya," tutur seseorang itu. Saya tak serta merta sadar siapa orang yang menyapa itu.
Baru sambil perjalanan dari alun-alun ke pendopo, ia bercerita banyak. "Saya dulu salah satu direktur PDAM Surabaya jaman Pak Pengkie Pangestu. Dulu yang melantik kami Pak Bambang DH," katanya.
Bambang Dwi Hartono adalah walikota Surabaya sejak 2002 sampai 2010. Dalam periode kedua hasil Pmeilihan Kepala Daerah secara langsung kali pertama tahun 2005, saya mendampinginya sebagai Wakil Walikota.
Sampai dia bercerita pengalamannya menjadi salah satu direktur PDAM Surabaya, saya masih belum ngeh siapa dia. "Sekarang njenengan (Anda, Red) di mana?," kata saya asal. "Saya di sini Pak. Bupati Banyumas," jawabnya.
Duarrr. Aduh malunya. Masak dengan bupatinya nggak kenal? Masak dengan orang pertama di Kabupaten Banyumas nggak tahu?
Padahal, ia juga ikut memberi sambutan sebelum salat Id berlangsung. Mungkin karena saya berada di saf agak belakang sehingga kurang mengenali wajahnya dari kejauhan.
Biasanya foto kepala daerah juga terpasang di rumah warga di kampung-kampung. Paling tidak kalender bergambar bupatinya.
Tapi di rumah mertua saya hanya ada gambar Bung Karno sebagai Presiden RI. Gambar Presiden Jokowi pun tak ada.
Di Banyumas, memang banyak yang masih menganggap presiden RI itu Bung Karno. Selanjutnya hanya pengganti sehingga tak perlu memasang gambarnya, ha...ha...
"Maaf...maaf...," kataku spontan sambil memeluk Bupati Achmad Husein yang tahun ini memasuki periode kedua memimpin Banyumas.
Dia pun memecah rasa bersalah saya dengan menceritakan kembali pengalamannya di Surabaya. Meski hanya 2 tahun menjabat di PDAM, itu cukup memberi bekal profesional dalam mengelola pemerintahan.
Achmad Husein menjadi Bupati Banyumas periode 2013-2018. Tahun lalu, ia kembali diusung PDI Perjuangan maju untuk periode kedua. Ia pun terpilih lagi.
Selain pengalaman sebagai profesional, alumnus Teknik Sipil ITB ini juga dikenal sebagai pengusaha jasa konstruksi sebelum menjadi bupati. Juga sempat menjadi Dirut PDAM Banyumas setelah dari Surabaya.
Pria kelahiran 1957 ini juga pernah menjadi anggota DPRD Banyumas dari Fraksi PDI Perjuangan. Juga wakil bupati Banyumas. "Saat pemilihan bupati tahun lalu, saya tidak pernah mengeluarkan biaya untuk membeli suara," katanya.
Yang pasti, saat ia menjabat sebagai Bupati, alun-alun Banyumas dan Purwokerto dibenahi. Juga ada investasi besar berupa mall baru yang ada di sebelah selatan alun-alun Purwokerto.
Tapi semua itu mungkin belum cukup. Masih banyak pekerjaan rumah untuk bisa menjadikan Banyumas kabupaten bernilai emas. (arif afandi)