Manjurnya Obat Ibarat Mukjizat, dalam Sudut Pandang Islam
Dalam khazanah Islam, cukup banyak dibahas masalah-masalah kesehatan. Bukan hanya kesehatan mental tapi juga kesehatan tubuh.
Imam al-Ghazali di antaranya dalam kitabnya kerap membahas hal-hal yang penting dalam masalah kesehatan. Bahkan, tokoh Ibnu Sina merupakan peletak dasar ilmu kedokteran yang termasyhur hingga kini.
Ust Muhammad Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur mempunyai catatan menarik akan hal itu. Yakni, ketika ia berhubungan dengan para dokter yang mempunyai ikatan emosional dengan Islam. Berikut catatannya:
Tak sengaja berjumpa dengan dr. Heri Munajib (Spesialis Saraf) saat jurusan Neurologi, Unair, mengadakan Halal Bihalal sekitar 6 tahun lalu. Alhamdulillah langsung add friend di FB dan saling komunikasi.
Makin lama kenal beliau yang ahli di bidang medis dan kesehatan banyak membantu saya dan keluarga saat sakit. Dengan mudah pula beliau memberi resep melalui telemedicine. Khususnya kalau saya sakit migrain, langsung terhenti aktivitas saya.
Analisis Imam al-Ghazali
Bagi kita yang awam dalam pengobatan akan dibantu petunjuk obatnya oleh Mas dokter, Alhamdulillah selalu berjodoh. Ini mengingatkan saya pada analisis Imam Al-Ghazali:
فمثال هذا: كمريض به علة لا يزيلها إلا دواء مركب من أخلاط كثيرة لا يعرفها إلا حذاق الأطباء، فيسعى في طلب الطبيب بعد أن هاجر عن وطنه حتى عثر على طبيب حاذق فعلمه الدواء
Contoh orang yang memiliki komplikasi penyakit hati sama seperti orang yang mengidap penyakit yang tidak sembuh kecuali dengan obat yang rangkap-rangkap dari berbagai campuran yang hanya diketahui oleh dokter yang cerdas. Pasien berjalan mencari dokter setelah meninggalkan kampungnya hingga berjodoh dapat berjumpa dengan dokter cerdas yang mengajarkan obat kepadanya (Ihya', 3/76)
Tidak berlebihan jika Imam Al-Ghazali memberi kiasan sebagai berikut:
فحاجة الخلق إلى الأنبياء كحاجتهم إلى الأطباء ولكن يعرف صدق الطبيب بالتجربة ويعرف صدق النبي بالمعجزة.
Keperluan makhluk kepada para Nabi sama seperti keperluan mereka pada dokter. Kehebatan dokter akan diketahui dengan kemanjurannya seperti para Nabi dengan mukjizatnya (Ihya', 1/122)
Beruntungnya tempat praktek dr Heri tidak jauh dari Surabaya, tepatnya di Gresik Beliau memang spesialis Saraf, tapi tidak menerima konsultasi saraf kecepit.
Demikian catatan Ust Ma'ruf Khozin, semoga bermanfaat.
Advertisement