Menjaga Kepunahan Badak Jawa dari Letusan Krakatau
Badan bercula satu atau badak Jawa diyakini merupakan hewan yang bisa mengetahui kehendak alam dan menghindarinya. Karenannya, tsunami yang menghantam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), tidak sampai menyeret badak yang kini terancam punah itu.
Dari catatan yang ada, di TNUK yang ada di Kabupaten Pandeglang, Banten, saat ini hanya tersisa 67 ekor badak Jawa. Mereka biasanya bergerombol dan selalu menghindari bermain di sekitar pantai Selat Sunda.
"Kami yakin, badak-badak yang di sini aman dari tsunami pantai utara. Badak-badak selama ini lebih suka di daerah konservasi pantai selatan," kata Mamat Rahmat, Kepala TNUK seperti dikutip dari BBC News Indonesia.
Saat tsunami menerjang TNUK pada Sabtu 22 Desember 2018, dua orang petugas taman nasional menjadi korban meninggal. Bangunan kantor dan sejumlah kapal TNUK hancur dari terjangan tsunami.
Namun jika dilihat dari radius terjangan tsunami, di daerah itu hanya sekitar 100 meter dari bibir pantai yang terdampak. Hingga saat ini juga belum ditemukan adanya badak yang mati akibat tsunami tersebut.
"Badak biasanya kalau dengar gemuruh langsung lari mencari tempat yang aman di dalam hutan. Jadi saya yakin badak aman," ujarnya.
Sementara itu, terkait keberadaan ancaman letusan Anak Krakatau, staf pemantauan badan WWF Indonesia, Ridwan Setiawan kepada BBC News Indonesia mengatakan bahwa sudah lama dibahas untuk mencarikan lokasi habitat kedua.
Sayangnya lokasi yang cocok dengan binatang yang cukup langka ini sangat sulit ditemukan.
Sejak tahun 2013, ketika Anak Krakatau mulai menyembul dan mengeluarkan letusan, langkah untuk memindahkan beberapa ekor badak ke lokasi lebih aman sebenarnya sudah muncul.
Saat ini sebenarnya sudah ada 10 lokasi potensial. Dari 10 lokasi ini yang paling mirip dengan TNUK adalah di Suaka Margasatwa Cikepuh. Sayangnya di daerah ini digunakan untuk latihan tempur Kostrad sehingga suara dentuman meriam dikawatirkan akan menggangu badak.
Memindahkan badak memang susah karena tidak sekadar memindahkan begitu saja. Melainkan harus disiapkan dulu lahannya, makananan dan air apakah tersedia di kawasan itu.
Badak Jawa makanannya berasal dari 200 spesies tanaman. Artinya hutan yang akan ditinggali harus menyediakan 200 spesies ini. Selain itu, karena 60 persen kehidupannya di air, maka daerah ini juga harus selalu terdapat air sepanjang musim. Badak Jawa selalu hidup di kubangan air.
Daerah untuk habitat kedua ini juga harus memiliki hamparan hutan minimal seluas lima ribu hektar. Hutan baru ini juga harus dipelajari bagaimana kehidupan predator di sekitar situ, juga bagaimana kompetitornya. Juga harus dilihat kesiapan pemerintah daerah serta warga sekitarnya.
Karenanya, pulau Sumatera juga menjadi tujuan habibat kedua ini. Apalagi pernah ditemui bahwa badak Jawa permah tinggal bersama badak Sumatera di Berbak Sembilang. Ada juga di daerah Bukit Tiga Puluh, serta hutan restorasi ekosistem, hutan harapan di Jambi.
Jika habitat kedua sudah ditemukan, maka sebelum proses pemindahan juga harus dilakukan pemilihan badak yang sehat, memiliki kekerabatan yang paling jauh dengan sesamanya serta mampu bereproduksi. (man)