Manfaatkan Sampah Plastik, UKM Probolinggo Bertahan Kala Pandemi
Tidak mudah bagi usaha kecil mikro (UKM) pada saat pandemi Covid-19 menerpa negeri ini. UKM “Sam Brunang” yang memanfaatkan sampah tali plastik di Jalan Brantas, Kota Probolinggo berusaha tetap bertahan.
“Kami terseok-seok dan berusaha tetap bertahan, terutama pada kurun Maret-Agustus 2021 ini,” ujar Sutanto, 60 tahun, pemilik “Sam Brunang”, Minggu, 22 Agustus 2021.
Ia mengaku, usahanya sangat terpengaruh kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19. Saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota di Jawa Timur diberlakukan, usaha berbahan limbah tali plastik itu terpengaruh dari sisi transportasi (pengiriman bahan baku dan produk).
Apalagi PSBB kemudian diteruskan dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, disambung PPKM Level 4.
Meski pada periode Maret-Agustus lalu usahanya jeblok, Sutanto mengaku, bersyukur karena UKM-nya tidak sampai mati (ditutup). “Soalnya, produksi tetap sementara yang pesan produk kami turun hingga 60 persen,” katanya.
Belum lagi sejumlah ekspedisi pengiriman barang banyak yang beristirahat selama PSBB. Kalau pun ada yang beroperasi, biaya kirimnya relatif tinggi.
Selain membantu sejumlah perajin anyaman, Sutanto mengatakan, usahanya termasuk membantu pemerintah mengatasi limbah plastik yang terus menumpuk. Limbah tali plastik yang seharusnya dibuang ternyata masih bisa dimanfaatkan untuk anyam-anyaman.
Produk “Sam Brunang” selain dijual di tempat usahanya, Jalan Brantas, Kota Probolinggo, juga ditawarkan melalui pemasaran online. Soal harga tergantung besar-kecilnya produk.
Ada yang ribuan seperti tempat tisu dan pot bunga. Tetapi ada pula yang sampai jutaan berupa gazebo dari kayu yang dibungkus anyaman. “Kami berusaha bertahan agar delapan perajin yang membantu menganyam tidak sampai kehilangan pekerjaan,” kata alumnus SMA Negeri Kota Probolinggo itu.
Keinginan mempertahankan pekerja (perajin) itu juga didasari pengalaman pahit Sutanto. Sekitar 15 tahun silam, ia pernah menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dari sebuah perusahan tekstil.
Setelah di-PHK, Sutanto berusaha membuat usaha sendiri, meski berskala UKM. Ia pun merekrut warga Probolinggo yang bisa menganyam.
Ditanya dari mana memperoleh limbah tali plastik, Sutanto mengatakan, memanfaatkan limbah sejumlah pabrik. Dari perusahaan tekstil misalnya, bisa didapat limbah bekas tali strapping.
“Sam Brunang” dirintis sejak puluhan tahun silam berasal dari kata “Sam” (Mas, bahasa Malangan) dan “Brunang” (keranjang, bahasa Madura). Memang produk UKM ini tidak melulu keranjang sampah tetapi juga aneka barang lain. Ada tempat isu, tudung saji, kotak aksesoris, tas belanja, dan lain-lain.
Sebelum pandemi Covid-19 berkecamuk, produk “Sam Brunang” sampai dikirim ke berbagai kota di Jawa, bahkan luar Jawa seperti, Kalimantan dan Sumatera.
Advertisement