Mama Accessories, Kerajinan Bros yang Bermula dari Ruang Tamu
Tumpukan kain, benang dan manik-manik tampak menggunung di salah satu sudut ruang tamu, lebarnya hanya lima kali lima meter saja. Tapi, siapa sangka, di ruang yang tak terlalu luas itu lahirlah kerajinan yang indah.
Ruang tamu itu terdapat di sebuah rumah di bilangan Jalan Marabahan, Yosowilangun, Manyar, Gresik, milik Sulistya, seorang pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM), Mama Accessories.
Di ruang itulah setiap harinya, wanita berjilbab ini mengolah potongan kain-kain tak terpakai yang dibelinya dari para penjahit gaun dan jilbab, untuk kemudian disulapnya menjadi Bros, aksesoris dekoratif pelengkap gaya busana.
Usaha ini dimulainya sejak 2012 lalu, saat itu Sulis sedang dilanda kebosanan kehidupan kantorannya. Ia lalu iseng mencari video soal kreasi-kreasi kerajinan handmade di situs Youtube.
"Waktu di kantor itu lagi sepi, saya browsing-browsing di youtube, akhirnya saya terinspirasi," ujar wanita kelahiran 9 September 1974.
Terinspirasi dari Youtube, ia kemudian membuat satu varian bros. Dipasarkanlah pada teman dan tetangga sekitar rumah. Tak disangka produknya dapat tanggapan bagus.
Kemudian ia mencoba memproduksi kembali brosnya, dengan bermodal Rp 200 ribu saja, uang itu digunakannya untuk belanja manik-manik, dan kain. Tak disangka, bros kreasinya pun kembali laku.
"Semuanya saya kerjakan dengan tangan saya sendiri, handmade, karena saya tidak punya mesin. Tapi, alhamdulillah, ternyata laku dan dapat tanggapan bagus," ujarnya.
Sulis mengaku, ia tak pernah belajar secara khusus soal membuat bros. Hobi jahit-menjahitnya, ujar dia sudah ada sejak usianya menginjak Sekolah Dasar.
"Waktu SD itu saya sering bikin boneka dari kaos kaki, dari sumbu kompor, terus untuk baju bonekanya, saya minta kain perca ke tetangga, saya jahit-jahit sendiri,"
Yang terpenting kata dia, membuat suatu produk itu haruslah menjaga kualitasnya, buat serapi mungkin.
Soal kendala, ia punya cara sederhana menghadapi tren gaya busana yang terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun, cukup lihat Youtube, ujar dia.
"Supaya gak monoton gayanya gitu-gitu terus ya cukup lihat di Youtube, itu cara saya mengikuti perkembangan agar desain tetap up to date," ujar ibu dua orang anak ini.
Sempat tak dapat support
Diawal-awal merintis Mama Accessories, Sulis haruslah berjuang keras, karena penolakan yang dialaminya, bahkan datang dari suaminya sendiri.
"Suami sempat menolak, bahan-bahan begini bahkan sempat di taruh teras rumah, karena dianggapnya ya cuma ngotor-ngotori ruang tamu saja, namanya juga laki-laki, ya maklum kan" kenangnya.
Namun lambat lahun, saat usaha Mama Accessories sudah muali berkembang, suaminya kini pun malah membatunya produksi, ketika pesanan membludak.
"'Kok pesananmu banyak? sini saya bantuin' Ya Alhamdulillah," kata Sulis, saat menceritakan dukungan suaminya.
Soal nama Mama Accessories sendiri ia mengaku mendapatkan ide itu dari usulan anak-anaknya. Menurutnya, nama itu mengandung hoki.
"Nama Mama Accessories itu dari anak-anak saya, 'Karena yang pakai bros biasanya mama-mama, ya namanya mama aja, masak namanya bapak' gitu kata mereka, lucu ya," cerita Sulis.
Menjadi binaan Semen Indonesia
Baru pada 2014, Sulis akhirnya bergabung manjadi UKM binaan Semen Indonesia. Waktu itu ia mendapat pinjaman modal dari salah satu Badan Usaha Milik Negara, PT. Semen Indonesia ini.
Modal itu lalu dimanfaatkannya, untuk melebarkan sayap usahanya, belanja perlengkapan dan bahan dasar.
"Saya dapat pinjaman, alhamdulillah dengan Rp 7 juta itu, saya bisa beli etalase, dan belanja bahan-bahan,"
Sejak saat itu, Sulis mengaku kerap kali mendapat kesempatan mengikuti Pameran UKM yang diselenggarakan Semen Indonesia
"Saya sering ikut pameran, karena dapat stan gratis dari Semen Indonesia, lewat pameran itulah, pintu pasar jadi terbuka lebar," ujarnya
Yang paling jauh, tahun lalu Mama Accessories bahkan telah menginjak tanah kepulauan Karimata di Kalimantan Barat.
"Pameran paling jauh ya sampai ke kepulauan Karimata, di Kalimantan, Tempatnya terpencil dan aksesnya menuju kesana susah, tapi waktu itu Presiden Jokowi datang, sayang tak sempat mampir ke stan saya," ujarnya, sembari terkekeh.
Sejak bergabung dan sering mengikuti pameran Semen Indonesia itulah omzetnya melonjak. Dalam sebulan, kata Sulis, pendapatannya bahkan bisa mencapai Rp 5 hingga 9 juta per bulannya.
"Pernah waktu pameran, dalam satu hari saja, saya bisa meraih Rp 1,9 juta, saya sampai gak percaya," kata dia.
Selain lewat pameran, Produk-produk Mama Accessories juga dipasarkan lewat tujuh toko.
"Saya titipkan bros produk saya ini ke beberapa toko, ada tiga toko pakaian, foto copy dua toko, dan dua koperasi sekolahan," kata dia.
Tak hanya lewat toko-toko, Sulis juga mengajak para ibu rumah tangga lain untuk menjual aksesoris kreasinya.
"Ada juga ibu-ibu rumah tangga yang syukur keuntungan penjualannya bisa untuk membantu perekonomian mereka. Awalnya gak harus bayar dulu, dia bawa aja, kalau gak laku dikembalikan ya nggak apa-apa," ujarnya.
Kini Sulis telah memiliki empat orang pegawai yang membantunya membuat kerjainan bros ini. Produksinya pun cukup dilakukan di rumah masing-masing.
Bros bermerek Mama Accessories ini dipatok mulai harga Rp 10 hingga Rp 35 ribu saja, per bijinya. Cukup murah dan menarik bukan? (frd)
Advertisement