Mall Kambing Korban Gus Mamak
Idul Adha tahun ini sungguh berbeda. Apalagi di Makkah yang setiap tahun 2 juta Muslim dari seluruh dunia berkumpul.
Menjalankan rukun Islam kelima: Haji.
Hanya seribu orang yang lolos bisa wukuf di Arafah tahun ini. Mereka hanya penduduk Arab Saudi. Atau orang yang tinggal di negeri itu.
Diantaranya dua orang warga negara Indonesia yang lama tinggal di sana. Dua orang perempuan: staf konsulat RI dan asisten rumah tangga.
Bikin iri. Bayangkan. Mereka bisa tawaf tanpa berdesakan. Bisa sa'i dengan jaga jarak.
Di Arafah wukuf di Masjid Namirah. Masjid berkapasitas ratusan ribu jamaah. Tahun ini hanya diisi seribu.
Ribuan tenda yang memutih di Padang Arafah dan Minna kosong melompong.
Hanya orang yang terpilih yang bisa berhaji kali ini. Mereka yang betul-betul dipanggil Allah SWT.
Pelaksanaan salat Ied dan penyembelihan hewan korban pun berbeda. Dalam situasi pandemi Covid-19.
Sejak Idul Fitri lalu, saya memilih salat Ied sendiri di rumah. Bersama keluarga.
Kali ini pesertanya hanya tiga: saya merangkap khatib dan imam, istri dan anak bungsu.
Salat Ied yang singkat. Khotbahnya hanya 3 menit. Sekadar memenuhi syarat rukunnya khotbah. Doanya yang panjang.
Korban? Saya membiasakan korban dengan mengirim hewan ke desa dan beberapa tempat di sekitar. Juga menyembelih untuk di rumah.
Dua kambing untuk di rumah. Dibagikan ke tetangga. Juga di masak. Untuk sendiri dan tetangga perumahan yang mayoritas non muslim.
Merayakan Idul Adha tanpa menyembelih kambing rasanya memang kurang. Biar tetangga juga merasakan ini hari raya.
Karena tukang sate yang biasa mengolah kambing pulang ke Madura, kali ini hanya satu yang disembelih di rumah. Sekadar tanda ini Idul Adha.
Menyembelih sendiri? Tidak. Kebetulan ada mall atau supermarket kambing di Jemursari Ngawinan. Milik Ahmad Tolhah. Biasa dipanggil Gus Mamak.
Supermarket ini menyediakan kmbing sekaligus jasa penyembelihannya. Dengan manajemen yang baik. Hieginis.
Penyembelihannya sangat cepat. Hanya butuh 10 menit untuk menyembelih kambing sekaligus mengulitinya. Juga sangat memperhatikan syar'inya.
Di supermarket ini, kita bisa memilih sendiri kambing. Mulai harga Rp 2,5 juta sampai dengan Rp 7 juta. Tanpa tawar menawar. Seperti belanja di supermarket atau mall.
Setelah memilih kambing, langsung dilakukan akad jual beli. Dengan saling memegang tali tautan kambing yang dipilih.
Setiap musim korban, pelanggan Gus Mamak antre. Daftar kloter penyembelihan sangat panjang. Setiap kloter 8-10 kambing disembelih. Bisa menyaksikan prosesinya.
Ribuan kambing disembelih di supermarket ini. Termasuk lembaga seperti Yayasan Dana Sosial Alfalah yang selalu berlangganan. Untuk dibagikan ke berbagai binaan.
Setiap tahun, saya juga selalu menyempatkan untuk menyaksikan penyembelihan di supermarket ini. Ikut bertakbir dan bertahmid saat kambing disembelih.
Supermarket kambing Gus Mamak ini sudah ada sejak 2006 lalu. Ia meneruskan usaha ayahnya KH Sofyan Thoha yang berdiri sejak 1979.
Gus Mamak mengubah manajemennya. Juga model jual belinya. Mengadopsi manajemen supermarket atau mall.
"Mengadopsi konsep Supermarket, orang masuk lokasi, memilih yang sesuai dengan kebutuhannya, langsung menuju kasir," katanya.
Tidak ada tawar-menawar dalam supermarket kambing ini. Setiap ekor yang dipajang sudah diberi label harga. Berbeda dengan kelaziman di pasar hewan.
Gus Mamak juga melayani pengiriman ke rumah. Kambing yang sudah disembelih maupun belum.
Karena pandemi, saya pun melakukan pemesanan tanpa datang ke supermarketnya. Juga tidak datang saat penyembelihan. Terima daging siap masak di rumah.
Saat memesan, Gus Mamak mengirim gambar beberapa kambing sekaligus harganya. Kita tinggal memilih yang seperti apa.
Jam 10 pagi kambing pesanan yang sudah dipotong sampi di rumah. Ganti istri dan asistennya sibuk memasak. Untuk dibagikan ke tetangga terdekat.
Korban pada dasarnya sangat dianjurkan untuk yang mampu. Sebagai bentuk kepedulian sosial. Kepada sesama.
Idul Adha sebetulnya ibadah massal. Termasuk hajinya. Tempat bersua ummat muslim dari seluruh dunia.
Inilah ibadah yang di dalamnya ada unsur pengorbanan, empati sosial, party dan kesenangan dalam kebersamaan.
Hanya karena pandemi elemen party-nya yang ditiadakan. Empaty sosialnya yang harus tetap dijalankan.
Selamat berkorban.
Advertisement