Malik Fadjar: Momentum Membangun Generasi Khaira Ummah
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Prof HA Malik Fadjar mengingatkan pentingnya memaknai berlalunya Ramadhan dan datangnya Syawal sebagai momentum start block yang kuat untuk menatap masa depan.
"Pondasi yang sudah dibangun ketika Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membangun generasi mendatang," tutur mantan Mendiknas, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Minggu 9 Juni 2019.
Menurut Malik, Ramadhan memiliki nilai penting terutama pada negara sebesar Indonesia ini. Negara dengan luas wilayah, ragam budaya, kekayaan alam yang melimpah ini harus bisa memanfaatkan Ramadhan sebagai titik muhassabah secara nasional.
“Hal ini harus bisa kita ejawantahkan dalam bentuk kehidupan berbangsa yang rukun, damai, dan tekad kuat membangun sebagai bentuk rasa syukur kita atas capaian perjuangan para pendahulu,” kata Malik.
Sebelumya, Malik Fadjar menjadi khotib pada sholat Id helipad Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu 5 Juni 2019. Sholat yang diikuti tak kurang 10.000 jamaah itu dimulai pagi jam 06.00 WIB dan dilanjutkan dengan acara open house bagi dosen dan karyawan UMM.
Dalam khutbahnya, Malik yang juga ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM ini menyampaikan
kita sudah merdeka lahir dan batin. Sudah hampir 74 tahun kita merdeka. Tantangan paling besar saat ini adalah pada anak-anak kita, yakni generasi usia 12 sampai 30 tahun, dan juga generasi milenial.
“Mereka saat ini memasuki masa yang sangat kritis. Di tangan merekalah bangsa ini akan ditentukan di masa-masa yang akan datang,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Malik mengajak para jamaah untuk lebih perhatian lagi kepada pendidikan sebagai bentuk pembangunan manusia ke depan. “Generasi yang akan datang harus dipersiapkan sebagai generasi khairah ummah, yakni generasi terbaik, baik untuk umat maupun bangsa,” kata Malik. Alih-alih generasi yang menjadi beban bagi masyarakat.
Malik menyerukan agar jamaah ikut berdoa untuk keselamatan bangsa dan negara. Dengan doa tersebut diharapkan tantangan yang dihadapi bangsa ini segera bisa dilewati dan kita semua menjadi umat yang selamat dunia dan akhirat.
Dalam sambutan sebelum solat ‘Id dimulai, rektor UMM, Fauzan menyerukan agar jamaah tidak begitu saja meninggalkan Ramadhan tanpa bekas. Justru tantangan paling sulit adalah konsistensi akhlak kita pasca-Ramadhan. (adi)
“Hal ini harus bisa kita ejawantahkan dalam bentuk kehidupan berbangsa yang rukun, damai, dan tekad kuat membangun sebagai bentuk rasa syukur kita atas capaian perjuangan para pendahulu,” kata Malik Fadjar.