Maknai Perubahan Status, Mahasiswa ISTTS Buat Busana Daur Ulang
Perubahan status dari murid SMA menjadi mahasiswa tentu memberikan banyak warna dari mulai perilaku hingga suasana. Warna-warni dari perubahan status ini dimaknai oleh mahasiwa Institut Sains dan Teknologi Terapan Surabaya (ISTTS) jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), dengan membuat baju daur ulang bertema 'COLORFULL WORLD'.
"Dalam kegiatan ini point pentingnya adalah mendaur ulang barang bekas menjadi benda yang bermanfaat. Karena mereka dari jurusan DKV jadi desain baju yang mereka usung harus mempunyai makna masing-masing," ujar Bonifacia Bulan, Dosen DKV ISTTS.
Bonifacia Bulan menjelaskan, tema besar yang diusung ialah colorfull word. Tetapi, setiap kelompok bisa merepresentasikan tema ini sesuai dengan apa yang mereka rasakan.
"Ada memilih warna tanah yang tenang, karena bagi mereka perubahan status ini disikapi dengan tenang. Ada yang menggunakan plastik warna-warni collorful world diambil dari sana. Jadi bagaimana mereka menunjukan warna perasaanya dalam desainnya itu," ungkap Bonifacia Bulan saat ditemui di auditorium ISTTS, Senin 2 Desember 2019.
Seperti yang dilakukan Evan Gamaliel dan 6 temannya yang tergabung dalam satu tim, membuat baju daur ulang dengan konsep 'Extraordinary Piknik'.
Sebagai perwakilan tim, Evan Gamaliel menjelaskan, baju yang dibuat timnya adalah baju santai. Cocok digunakan saat musim panas seperti saat ini atau dipakai piknik.
"Kami buat bajunya sepasang untuk perempuan dan laki-laki. Untuk perempuan bajunya outer yang terbuat dari plastik botol minum bekas, dan untuk bawahannya diberi rok pendek yang dibuat dari kertas koram yang dianyam ditambah tutup bekas botol minum yang tam terpakai sebagai aksesoris," kata mahasiswa semester 1 jurusan DKV ini.
Sedangkan untuk laki-laki dibuatkan outer juga tapi lebih panjang. Khusus yang laki-laki outernya terbuat dari karung bekas beras yang berwarna-warni.
Untuk menambah kesan eye catching, Evan Gamaliel menambahkan hiasan dari koran dan tutup botol bekas minuman yang berwarna-warni di belakang outer. Outer ini bisa dipadukan dengan celana pendek.
"Masing-masing busana dilengkapi topi yang terbuat dari koran yang dianyam dan juga karung bekas beras," imbuhnya.
Dua busana daur ulang yang dibuat Evan dan rekan-rekannya ini membutuhkan waktu dua bulan untuk proses pembuatan dan proses mencari bahannya.
"Bahannya kami dapatkan dari teman-teman tim sendiri. Jadi misal kami membutuhkan karung bekas beras siapa yang punya kami gunakan. Jadi memang benar-benar cari bahan yang ada disekitar kami saja," jelas Evan Gamaliel.
Melalui karya ini, Evan Gamaliel dan timnya ingin membuktikan bahwa barang bekas bisa menjadi benda dengan nilai seni.