Makna Tauhid Melahirkan Etika Kemanusiaan
Akhir-akhir ini muncul banyak orang bicara soal akhlak dan morla. Bicara soal akhlak, bahkan ada yang hendak melakukan "revolusi akhlak". Tapi, apakah istilah itu bisa diselaraskan dengan perbuatannya?
KH Husein Muhammad, ulama yang aktivis, memberi pesan-pesan singkat berikut.
"Ngomong-ngomong, apa interpretasi anda tentang Islam sebagai agama Tauhid (Monoteisme)", begitu kata seorang sahabat pada suatu kesempatan. Aku menjawab :
Pandangan Tauhid (Ke-Maha Esa-an Tuhan) membawa konsekuensi logis bahwa kita harus secara terus menerus dan tanpa lelah berjuang dan bekerja untuk menghormati kesucian martabat manusia.
Dengan menaklukkan kecenderungan egoisme dan arogansi yang ada dalam diri kita sambil meletakkan orang lain di dalam hati kita serta memandang tiap manusia tanpa kecuali dan tanpa melihat latarbelakang kehidupannya, sebagai ciptaan Tuhan yang setara, berharga dan terhormat.
Oleh karena itu:
لا تحتقر احدا. ولا شيءا فان الله لا يحتقره حين خلقه
"Jangan rendahkan siapapun dan apapun, karena Tuhan tidak merendahkannya saat menciptakannya".
عَامِلِ النَّاسَ بِمَا تُحِبُّ اَنْ يُعَامِلُوكَ.
"Perlakukan orang lain sebagaimana engkau sendiri ingin diperlakukan".
لا تعامل الناس بما لا تحب ان يعاملوك
"Jangan perlakukan orang lain dengan cara engkau sendiri tidak ingin diperlakukan dengan cara itu"
Akhlaq Tuhan
Aku pikir beberapa hal di atas adalah bagian dari "Akhlaq Allah" atau Etika Ketuhananan.
Seorang sufi/bijak bestari mengatakan :
تخلقوا باخلاق الله
Takhallaqu bi Akhlaq Allah",
"Ikutilah Etika Tuhan. Allah". Etika Tuhan yang utama adalah Rahman dan Rahim.Pengasih dan Penyayang.
Cinta, kasih dan sayang mendorong kita untuk bekerja tanpa lelah menghapus penderitaan sesama manusia, mengalahkan egoisme (hasrat rendah diri sendiri berkuasa) dari pusat dunia kita, dan memperlakukan setiap orang, tanpa kecuali, dengan santun, adil dan kehormatan mutlak.
"Aku kira begitu. Wallahu A'lam," pesan KH Husein Muhammad.
Advertisement