Makna Segumpal Daging, Tiga Kategori Hati Menurut Imam Al-Ghazali
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma (R.a), Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Saw) bersabda: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari No. 52 dan Muslim No. 1599).
Fenomena sosial di tengah marakkan media sosial, memberikan fakta adanya hati yang tak sehat. Penyebar hoaks dan berita bohong. Fenomena di sekitar kita yang menampakkan kerusakan hati alias sakit. Sakit dimaksud antara lain adalah sakit ucapannya, sakit akhlaknya atau sakit perilakunya.
Tiga Kategori Hati
Berbicara tentang hati ulama tasawuf Imam Al-Ghazali membagi tiga kategori Hati manusia.
Pertama, hati sehat. Kondisi hati seperti yang menyebabkan keselamatan. Dimana hati yang sehat memiliki tanda tanda diantaranya, Imanya kokoh, ahli bersyukur, tidak serakah, khusu dalam beridah, banyak berdzikir, kebaikan selalu dinamis (Berkah), segera sadar bila melakukan kesalahan (bertobat) dan hidup terasa tentram damai.
Kedua, Hati yang sakit. Hati sakit adalah hati yang masih memiliki keimanan dan melaukan ibadah pahala, namun ada pula noda noda maksiat dan dosa. Tanda tandanya adalah selalu gelisah, jauh dari ketenangan, mudah marah, tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki, susah menghargai orang lain. Pendek kata dalam menjalani kehidupanpun manusia yang mempunyai hati sakit tidak nyaman jalani hidup.
Ketiga, Hati mati. Hati yang mati adalah hati yang mengeras karena banyaknya Kotoran yang melekat, akibat dari dosa dosa hasil dari perbuatanya.
Hati yang mati bisa membahayakan orang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan tidak sanggup membedakan yang baik dan yang buruk. Mereka cenderung merusak.
Salah satu ciri hati mati, ialah mereka yang sudah tidak mau menerima nasehat agama. Kondisi tersebut hampir di sekitar kita ada orang seperti itu, ketika mendapatkan nasehati bukanya sadar atau, ia terkadang berbalik dengan sangkaan jelak dimata orang tersebut.
Jangan Melampau Batas
Sebagaimana firman Allah:
وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ، إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ، كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu”, sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (QS Al-Muthaffifin [83]:
Analog Sakit Hati
Soal hati yang sakit. Analoginya dapat dicontohkan, seorang penggembala kambing sedang menggembalakan kambingnya di suatu padang rumput. Saat si penggembala lelah, ia beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang disertai angin sejuk yang semilir mengalir hingga ia pun tertidur pulas.
Oleh sebab penggembala tertidur maka hewan ternaknya banyak berjalan kemana-mana. Ada yang masuk kepekarangan orang lain, naik ke puncak gunung. Bahkan ada yang menyebrangi jalan raya. Saat si penggembala terbangun dari tidur pulasnya ia terperanjat karena menemukan tidak seekor kambing pun yang berada di dekatnya.
Sama halnya dengan diri kita, bilamana mata kita tak terjaga, melihat semua yang tidak pantas untuk dilihat, mulutpun tak terjaga, mengeluarkan banyak kata-kata kotor dan tidak pantas didengar begitupun telinga yang bisa mendengarkan apa saja. Termasuk hal-hal yang diharamkan dikarenakan sang penjaga diri ini sedang terlelap.
Siapakah penggembala mata, mulut, telinga, tangan dan kaki ini semua? Dialah hatimu.
Hati merupakan central dari semua perbuatan manusia. Ia akan memberi cerminan baik dan buruk suatu amaliyah dalam kehidupan sehari hari.
Manusia akan menjadi baik atau buruk perbuatannya tergantung dari hatinya. Sebagai gambaran atau contoh dianologikan,.
Seperti teko berisi air yang dituangkan kedalam gelas atau cangkir. Kita bisa melihat apakah isi gelas atau cangkir berupa air kopi atau teh misalnya. Kalau cangkir itu berisi kopi maka sudah pasti di teko berisikan Kopi.
Itulah gambaran sebuah hati pada manusia.
Demikianlah, semoga bermanfaat bagi kita. Amiin.