Makna Kasih Sayang dalam Islam, Bukan Pergaulan Bebas
Tanggal 14 Februari dianggap sebagai hari kasih sayang. Budaya ini telah mainstream secara semarak dirayakan setiap tahunnya. Orang-orang berbondong-bondong mengucap kasih sayang dan saling memberi coklat untuk pasangan masing-masing.
Tidak jarang pula dirayakan secara berlebihan bahkan berani menerobos batas-batas norma agama dan adat istiadat.
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Qaem Aulassyahied mengatakan, kasih sayang dalam Islam merupakan salah satu unsur yang penting. Kata basmalah sebagai ayat pertama dalam Al Quran, yakni, bismillahirrahmanirrahim yang berarti dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Islam juga memiliki slogan abadi yakni rahmatan lil’alamin atau rahmat seluruh alam.
Selain itu, Allah menganjurkan untuk menjaga tali silaturahmi atau hubungan kasih sayang kepada sesama. Silaturrahim ini bisa dimaknai dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yakni saling menebar salam, memenuhi undangan, menjenguk saudara yang sakit, mengantar jenazah, hingga menjawab (dengan doa) jika saudara kita bersin dan ia memuji Allah.
Kasih Sayang sesuai Ketentuan Syariat
“Dalam Islam, kasih sayang ini harus diatur utamanya harus mengikuti pandangan dan ketentuan-ketentuan syariat. Di antaranya adalah prinsip kasih sayang tidak boleh melanggar norma dan prinsip yang telah ditentukan agama,” ujar dosen Universitas Ahmad Dahlan ini, dalam keterangan dikutip muhammadiyah.or.id.
Valentine dan Pergaulan Bebas
Menurut Qaem, ekspresi kasih sayang pada Hari Valentine sering diidentikkan dengan hal-hal berbau seksualitas. Bahkan tidak jarang mengirim bingkisan coklat Valentine disertai bonus kondom, yang tentunya membuat Hari Valentine semakin diidentikan dengan pergaulan bebas tanpa batas.
Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan norma agama dan budaya bangsa. Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).
“Kita dapati di beberapa praktek ekspresi ber-valentine ada hal-hal yang tidak sesuai dengan syariah kita yang menjunjung tinggi dan moral akhlak yang mulia, salah satunya menghantarkan pada hal-hal yang negatif seperti seks bebas,” kata alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah ini.
Menolak tradisi valentine tidak berarti menghilangkan kasih sayang. Qaem mengajak agar tidak merayakan unsur-unsur valentine yang bertentangan dengan agama. Sejatinya, Islam tidak menentukan tanggal tepat kapan manusia dapat mencurahkan kasih sayangnya. Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menyayangi siapa saja, dimana saja dan kapan saja.