Makna Gunungan, Simbolisasi Hati dalam Ajaran Sunan Kalijaga
Gunungan (simbolisasi hati). Inilah yang diajarkan Sunan Kalijaga, ketika memperkenalkan wayang sebagai bagian jalan berdakwah di masyarakat di bumi Nusantara. Perjuangan Sunan Kalijaga ini pun didukung para anggota Walisanga lainnya.
Wayang Purwa, atau wayang kulit, menjadi seni pertunjukkan yang memberikan tuntunan akan moral dan kebaikan dalam hidup. Seni pertunjukkan tradisional itu menjadi kegemaran masyarakat hingga saat ini.
Dalam khazanah wayang, terdapat Gunungan atau Kayon. Gunungan (simbolisasi hati). Bermakna: "Istafti Qalbak" (mintalah fatwa kepada hati nuranimu sendiri).
Kebaikan adalah sesuatu yang membuat hatimu tenang dan keburukan adalah sesuatu yang membuat hatimu gelisah.
Hati menurut filosofi Jawa disimbulkan oleh Gunungan/Kayon/Kelir di dalam pagelaran Wayang Purwa, di dalamnya terdapat gambar empat jenis binatang yang menggambarkan 4 jenis nafsu manusia, keempat jenis binatang tersebut adalah:
1. Macan (Harimau)
Menggambarkan nafsu amarah "Remenipun paben fitenah" (menyukai kepada adu domba, fitnah, dan sejenisnya).
2. Banteng
Menggambarkan nafsu Sufiyah "Remenipun milik sanes kewajibanipun" (menyukai iri dengki, hasud, tidak suka bila orang lain dapat kenikmatan / kebahagiaan), cenderung suka keindahan.
3. Kethek (Monyet)
Menggambarkan nafsu Lawwaamah "Remenipun mangontho-ontho kereng donyo artho" (menyukai dunia dan harta benda).
4. Burung Merak
Menggambarkan nafsu Mutmainnah "Remenipun nderek gugon tuhon, bimbing pangiwo, mundi-mundi sajen-sajen, kuthuk-kuthuk ahli peteng karang sihir, kadiddayan, kanuragan" (patuh tanpa ditelaah terlebih dahulu, menyembah tetapi salah arah ), sebenarnya nafsu ini cenderung baik tetapi bila berlebihan juga tetap tidak baik.
Contohnya : memberi uang /sedekah kepada orang yang kekurangan itu baik, tetapi ketika semua uangnya diberikan kepada orang yang kekurangan itu mengakibatkan hidupnya menjadi susah / rusak, hal itu akan itu menjadi tidak baik.
Sebagai gambaran orang yang menaiki kereta kuda, keempat nafsu tersebut merupakan kuda penggerak agar kereta dapat berjalan, maka
"Sang Kusir" harus mampu mengendalikan, mengarahkan kudanya agar dapat mengantarkan "Sang Kusir" dan penumpangnya sampai pada tujuan yang sebenarnya yaitu untuk mendapatkan cinta dan ridha dari Allah SWT, jangan sampai malah "Sang Kusir" yang mengikuti atau malah dikuasai oleh sang kuda (dikuasai oleh hawa nafsu).
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertakwa kepada Allah, pandai mengendalikan nafsu kita, selamat di dunia selamat di akhirat. Amin!
Dzikir Harian
اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ.
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Sayyidul Istighfar
اللّٰهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لآ إِلٰهَ إِِلآّ أَنْتَ ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ أَبُوْءُ بِذنْبِي، فَاغْفِرْلِيْ ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إلاَّ أَنْتَ
Artinya:
“Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau sudah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan berusaha selalu ta’at kepada-Mu, sekuat tenagaku Yaa Allah. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan yang kuperbuat. Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku, dan kuakui pula keburukan-keburukan dan dosa-dosaku. Maka ampunilah aku ya Allah. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Shalawat Fatih
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .
Semoga hari ini lebih baik dari hari sebelumnya
زيني الياس
Semoga bermanfaat.