Makmur dan Memakmurkan
Tujuan akhir dari perubahan berkelanjutan yang dicapai melalui cara gotong royong adalah kemakmuran Jawa Timur.
Apa itu makmur? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, makmur berarti serba kecukupan, tidak kekurangan. Makmur bisa juga diartikan sebagai keadaan yang mencukupi kebutuhan dasar dan dengan keadaan itu kita merasa puas.
Jatim makmur artinya Jatim yang masyarakatnya berkecukupan dan mempunyai kepuasan dengan tingkat hidupnya. Cukup dalam hal kebutuhan jasmani dan rohani. Dengan kecukupan itu mereka bisa menikmati kebahagiaan hidup.
Karena itu, dalam konsep pembangunan saat ini dikenal dengan indeks kebahagiaan alias index of happiness. Indeks ini menjadi salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat dalam sebuah wilayah. Semakin tinggi indeks kebahagiaan penduduknya, maka semakin makmur daerah tersebut.
Ada sepuluh aspek untuk mengukur tingkat kebahagiaan. Kesepuluh itu meliputi tingkat kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan keharmonisan keluarga. Juga ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan.
Lantas bagaimana tingkat kemakmuran warga Jatim berdasarkan indeks kebahagiaan ini? Menurut hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kebahagiaan warga Jatim berada pada angka 68,70 pada skala 0-100. Posisi ini masih berada di atas tingkat kebahagiaan Indonesia, 68,28, berdasarkan survei tahun 2014.
Tentu, dengan capaian itu masih membutuhkan kerja keras untuk mencapai tingkat kebahagiaan yang lebih baik. Diperlukan upaya-upaya cerdas ranking index of happiness Jawa Timur terus meningkat. Karena itu, semua sumberdaya pembangunan di Jatim selama ini dikonsolodasikan guna mendongkrak tingkat kebahagiaan warganya.
Kami pun berpikir keras untuk bagaimana mendongkrak indeks kebahagiaan Jatim ini mampu masuk dalam sepuluh besar dalam lima tahun mendatang. Karena itu, usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan penurunan tingkat kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan mendorong pemerataan yang makin luas.
Di bidang pendidikan, misalnya, kami sudah mulai dengan memperluas jangkauan akses masyarakat. Juga menyediakan sarana prasarana pendidikan di pesantren yang selama ini kurang tersentuh pendidikan formal. Di bidang ekonomi, kami terus mendongkrak kapasitas UMKM melalui pembinaan dan permodalan.
Kebutuhan terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan harus terus ditingkatkan. Penghasilan rumah tangga, khususnya bagi keluarga miskin, berusaha ditangani melalui koperasi wanita dan pelatihan wiraswasta bagi ibu-ibu. Penataan lingkungan dikelola agar warga makin nyaman di tempat tinggalnya.
Mengatasi disparitas sosial ekonomi juga menjadi bagian penting. Sebab, pertumbuhan ekonomi tinggi dengan tingkat ketimpangan sosial ekonomi yang tinggi pula justru akan menciptakan ketidakamanan. Stabilitas sosial akan menjadi sangat rentan jika kemakmuran hanya dinikmati sebagian orang.
Di sinilah, konsep gotong royong dalam membangun Propinsi Jatim menjadi sangat berarti. Ini artinya segala sumberdaya yang ada tidak hanya digunakan untuk warga Jatim makmur. Tapi juga sejauh mungkin bisa memakmurkan daerah lain di sekitarnya.
Modal sosial berupa etos kerja warga Jatim dan semangat gotong royong adalah modal dasar yang telah dimiliki Jawa Timur. Karena itu, kami yakin dalam lima tahun ke depan bisa mendongkrak indeks kebahagiaan Jatim untuk masuk dalam 10 besar di Indonesia.
Bagaimana menurut Anda?*)