Makin 'Pedas', Cabai di Probolinggo Tembus 150 Ribu per Kilogram
Harga cabai rawit di Probolinggo yang pertengahan Februari lalu Rp100 ribu kini semakin “pedas” karena tembus hingga Rp150 ribu per kilogram (kg). Bahkan di tingkat petani pun, harga cabai rawit naik menjadi Rp80 ribu.
“Saya sampai hampir melompat, begitu tahu harga cabai rawit di pasar tembus Rp150 ribu per kilogram,” kata M. Nurwahyudi, warga Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Selasa, 2 Maret 2021.
Pemilik warung nasi Lakar Sae di kompleks Stadion Bayuangga, Kota Probolinggo itu mengaku kaget, karena sehari sebelumnya harga cabai rawit di kisaran Rp 85-90 ribu per kilogram. “Bahkan cabai rawit hijau di Pasar Baru dijual dengan harga Rp120 ribu per kilogram,” katanya.
Yudi, panggilan akrab M. Nurwahyudi yang biasanya berbelanja 1 kilogram cabai rawit setiap hari akhirnya hanya membeli seperempat kilogram. “Ya sekadar ada bumbu cabai rawit meski pedasnya jelas berkurang,” katanya.
Sejumlah pedagang cabai rawit di Pasar Baru mengaku, terpaksa menaikkan harga jual cabainya. Soalnya, harga kulak dari pengepul cabai rawit juga terus melambung.
“Cabai rawit hari ini saya jual Rp120 sampai 150 ribu per kilogram, karena kulakannya juga naik,” kata Husna, pedagang cabai rawit. Namun ia mengaku, tidak kulak banyak karena khawatir cabai cepat membusuk di musim hujan.
Hal senada diungkapkan Yulia, juga pedagang di Pasar Baru. “Saya biasa kulak cabai rawit dari Situbondo, khusus untuk memenuhi permintaan depot dan restoran di Probolinggo,” katanya.
Tidak hanya di pasar induk (Pasar Baru), harga cabai rawit pada pedagang mlijo juga terdongkrak naik. “Kulakannya naik, ya harga jual cabai rawit juga ikut naik. Harga cabai rawit dalam bungkusan plastik satu ons saya jual Rp 15 ribu,” ujar Mbak Ningsih, pedagang mlijo di Jalan Ir. Djuanda, Kota Probolinggo.
Di tingkat petani harga cabai rawit tembus Rp90 ribu per kilogram. “Harganya mahal, tetapi cabainya rusak terkena hujan,” kata Mustofa, petani cabai rawit di Kelurarahan Jrebeng Kidul.
Mustofa mencontohkan, pada musim hujan, lahan sekitar setengah hektare hanya menghasilkan 25 kilogram cabai rawit setiap kali panen. Biasanya petani memanen cabainya 1-2 kali per minggu.
”Dengan harga jual kepada tengkulak Rp90 ribu, sekali panen saya mendapatkan uang Rp2.250.000,” katanya.
Sementara di musim kemarau, kata Mustofa, dengan luas lahan yang sama bisa dihasilkan 1 kuintal cabai rawit setiap kali panen. “Tetapi di musim kemarau, harga cabai rawit biasanya jatuh di kisaran Rp10-20 ribu per kilogram,” ujarnya.