Makam Semakin Menipis, DPRD Surabaya Desak Pemkot Segera Bangun TPU di Waru Gunung
DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota untuk segera merealisasikan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Waru Gunung mengingat kebutuhan lahan pemakaman yang semakin meningkat.
Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko menjelaskan, keadaan lahan TPU milik pemkot di Keputih dan Babat Jerawat sudah mendekati ambang batas. Sebabnya, ekspansi lahan pemakaman di kedua kawasan tersebut sudah tidak bisa dilakukan.
"Rencananya TPU Waru Gunung itu dibangun di tanah seluas 80 hektar. Masih sebanyak 10 hektar yang dibebaskan oleh pemerintah kota di sana," ungkap Yona, Jumat 6 Desember 2024.
Terkait langkah pembebasan yang belum juga dilanjutkan, dirinya mendesak DLH Kota Surabaya untuk bisa mengoperasikan lahan yang sudah dibebaskan terlebih dahulu. Sambil jalan, pengembangan lahan bisa dilakukan.
Politikus Gerindra tersebut menjelaskan, lahan sebesar 10 hektar di Waru Gunung hampir sama dengan total luas TPU Babat Jerawat. Proyeksi daya tampungnya pun bisa mencapai 13.000 sampai 15.000 makam. Sebetulnya, ada beberapa makam lain, seperti TPU Putat Gede dan Wonokusumo, tapi karena akses yang terbatas, warga masih enggan untuk memakamkan keluarganya di sana.
"Ada wacana diterapkan makam model tumpuk seperti di TPU Ngagel dan Makam Tembok, tapi saya rasa jangan seperti itu. Meskipun ada persetujuan dari pihak keluarga," ucapnya.
Sama halnya dengan TPU Keputih, yang bisa menampung sampai 65.000 makam. Saat ini, TPU di wilayah Surabaya Timur itu sudah terisi hampir 55 persen dan selama waktu 14 tahun akan penuh seiring pertambahan penduduk Kota Surabaya. Apalagi kapasitas makan lain yang terbatas, maka akan habis dalam waktu kurang dari 10 tahun.
Yona khawatir bila kebutuhan laham pemakaman ini tidak segera direalisasikan. Menurutnya, pemerintah kota harus sudah menyiapkan langkah mitigasi jika ada kejadian khusus, seperti saat pandemi COVID-19, yang berpotensi meningkatkan kebutuhan makam secara tiba-tiba.
"TPU ini sudah masuk kategori kebutuhan yang harus disegerakan. Jangan sampai ada kejadian baru bertindak. Berkaca dari kota lain, saya kira mereka juga sudah lebih siap. Seperti di Kota Bandung punya 25 TPU dan Semarang 14 TPU. Namun, Surabaya masih ada 13 TPU, padahal jumlah penduduknya lebih padat,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Dedik Irianto menjelaskan, penambahan lahan makam akan dilakukan Pemkot Surabaya mulai tahun depan. Ada dua lokasi yang diproyeksikan, yakni Waru Gunung dan Sumberejo.
Dedik menerangkan, walaupun sudah terdapat 10 lahan yang dibebaskan di Waru Gunung, tidak serta-merta lahan di sana bisa langsung digunakan untuk menguburkan jenazah. Pemkot masih harus menyiapkan segala fasilitas penunjangnya.
"Yang pasti untuk membuat makam tidak bisa begitu lahan ada, langsung bisa dipakai. Fasilitas penunjang harus disiapkan, mulai dari pagar makam, kantor, gudang keranda, dan lainnya. Juga dipastikan area makam tidak banjir. Yang paling penting persetujuan dari warga," katanya.
Saat ini kebutuhan makam juga terus bertambah. Apalagi ada kebijakan penghapusan retribusi pemakaman dimana penguburan jenazah di 12 TPU milik pemkot gratis sepenuhnya. Hal ini juga menimbulkan dilema, sebab banyak warga yang memilih untuk memakamkan kerabat atau keluarga di TPU milik Pemkot Surabaya.
"Meskipun jauh sedikit akhirnya memilih di TPU Pemkot Surabaya. Karena kalau di TPU atau makam kampung terkadang masih harus membayar," ujarnya.
Mengacu pada kondisi lahan makam yang juga terbatas, Dedik menjelaskan, pihaknya berencana menerapkan kebijakan makam tumpuk di TPU pemkot. Seperti di Keputih dan Babat Jerawat.
"Jadi kalau ada keluarganya yang dimakamkan di sana, akan dijadikan satu liang. Di beberapa TPU sudah ada yang seperti itu. Ini berjalan seiring dengan upaya penyiapan area makam baru juga tetap berjalan," pungkasnya.
Advertisement