Makam Pangeran Makkah, Jejak Syiar Islam di Kediri
Siang itu, Rabu 28 April 2020 sekitar pukul 10.00 wib lokasi wisata religi Makam Syech Wasil tokoh penyebar agama Islam pertama di Kediri berlokasi di Kelurahan Setono Gedong, Kediri, nampak lengang.
Tak seperti Ramadhan tahun lalu, sepinya peziarah lantaran adanya keputusan bersama warga lingkungan setempat, serta kebijakan dari Pemda untuk menutup sementara lokasi wisata religi tersebut, terkait pandemi covid - 19.
"Kami tutup sejak tanggal 19 Maret 2020 lalu Mas, warga di sini sepakat untuk seterilisasi pengunjung sekitaran masjid Setono gedong dan makam,” terang Mochamad Yusuf Wibisono juru kunci makam, Selasa 28 April 2020.
Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran covid-19, di mana Kota Kediri masuk dalam zona merah.
Penutupan dilakukan di lima titik akses yang menuju wisata religi, dua titik di antaranya selalu dijaga warga setiap malam. Sekitar pukul 20.00 wib ditutup total. Hanya warga sekitar saja yang diizinkan keluar masuk, atau pun jika ada kerabat dari masyarakat lingkungan sekitar.
"Lingkungan masih menyelenggarakan salat tarawih, cuman jemaahnya hanya dari warga sekitar. Jamaah dari luar tidak boleh. Sebelum masuk masjid tetap disemprot dan pakai masker ,"ceritanya.
Meski ditutup untuk umum, masih juga ada sejumlah pengunjung yang nekat datang, terutama dari ahli waris. "Kami beri pemahaman, untuk tidak berdoa di dalam makam, melainkan di masjid Setono Gedong saja. Akhirnya mereka mau mengerti," terangnya.
Pria asal Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri ini lantas menuturkan, pada Ramadhan tahu lalu pengunjung yang datang berziarah ke lokasi wisata religi makam Syech Wasil setiap bulanya mencapai 20 sampai 30 ribu orang.
Jumlah pengunjung masih bisa bertambah terutama pada saat memasuki malam ganjil Lailatul Qodar. Bahkan tidak sedikit pengunjung beri'tikaf di masjid, baca Al Qur'an sambil menunggu datangnya waktu berbuka puasa .
Selain Ramadhan, sebelum terjadi wabah virus corona jika pada hari biasa, jumlah peziarah bisa mencapai 15 ribu orang.
Dari sekian banyak makam yang ada di lingkungan sekitar, makam Syech Wasil Syamsudin yang bergelar Pangeran Makkah, paling banyak dikunjungi. Pengunjung datang tidak hanya dari dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk dari luar negeri di antaranya Brunai Darussalam, Malaysia, Filipina, Thailand, bahkan dari Eropa seperti Belanda. "Ini kan makam sudah tua usianya, mereka yang datang dari luar negeri biasanya masih ada hubungan kerabat dengan leluhur yang ada disini," papar pria berkumis ini.
Karena memiliki nilai historis keterkaitan dengan sejarah, wisata religi makam Syech Wasil ditetapkan sebagai lokasi cagar budaya oleh BPCB Trowulan Mojokerto Jawa Timur.
Makam Setono Gedong Kediri
Sebelum masa perkembangan Islam di Kediri, Setono Gedong merupakan tenpat sesembahan bagi kaum kepercayaan tertentu. Ini dibuktikan dengan keberadaan situs arcaya yang terdapat di sekitaran lingkungan Setono gedong.
Setelah perkembangan Islam di Kediri, daerah Setono gedong menjadi tempat penyebaran agama Islam, dengan ditandai dibangunya masjid Setono Gedong dan makam Syech Wasil Syamsudin antara tahun 920 - 929 H atau tahun 1514 - 1524 M.
Yusuf mengisahkan, Mbah Wasil konon masuk ke Kediri pada masa Pemerintahan Kerajaan Sri Aji Joyobo. Syech Wasil Syamsudin dikenal oleh masyarakat berasal dari Istambul Turki. Masyarakat kemudian memberinya gelar Pangeran Mekah. Namun kebanyakan masyarakat lebih suka menyebutnya dengan nama panggilan Mbah Wasil.
"Dipanggil Mbah Wasil karena beliau sering memberikan Wasil (ahli bertutur sapa, berpetuah yang baik)," katanya.
Ketika masuk di Kediri yang pada waktu itu mayoritas penduduknya beragama lain, Syech Wasil Syamsudin tidak langsung syiar menyebarkan agama Islam, melainkan terlebih dahulu melakukan pendekatan ke masyarakat. Setelah dilakukan pendekatan, lambat laun masyarakat mau menerima ajaran Islam pada masa itu.
Selain makam Mbah Wasil, di wisata religi Setono Gedong juga terdapat tokoh besar lainya seperti makam Wali Akba, Pangeran Sumende, Sunan Bagus, Sunan Bakul Kabul, Kembang Sostronegoro, Mbah Fatimah dan Amangkurat.
"Wisata religi, di sini ada delapan titik. Mbah Wasil itu wali sepuh yang datang termasuk kurang lebih abad 10 atau 11. Pada masa itu masuk pemerintahan Sri Aji Joyobo," jelasnya.
Bahkan Mbah Wasil saat itu dirumorkan menjadi guru spiritual Sri Aji Joyoboyo. Keduanya memang memiliki hubungan yangsangat dekat. "Bahkan diduga mereka ada hubungan emosional. Ada yang mengatakan Mbah Wasil guru spritual sri Aji Joyo boyo," lanjutnya.
Area halaman luar makam Mbah Wasil pernah diperbaiki, pada masa era Pemerintahan Walikota Kediri Maschut.Yusuf menambah tentang nama Setono Gedong, memiliki arti khusus. Setono sebagai makam sedangkan Gedong sesuatu yang besar. jika digabungkan menjadi kalimat makam pembesar (tokoh).
Advertisement