Eksistensi Makam-Makam Muslim di Jepang, Diapresiasi Kiai dari Jember
Guru Besar UIN KHAS Jember yang juga Direktur Womester, Prof. Dr. HM. Noor Harisuddin, S. Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC apresiasi pemakaman Muslim Jepang.
Pengasuh PP Darul Hikam Mangli Jember ini mengapresiasi pemakaman Muslim karena pada umumnya pemakaman Muslim sangat sulit di negara minoritas Muslim, termasuk Jepang.
Pernyataan Prof Haris disampaikan dalam Pengajian Dialogis yang diselenggarakan di Masjid Mihara Hiroshima Jepang (9 Maret 2025).
“Di Jepang umumnya pemakaman muslim sulit. Apalagi ada pandangan kalau penguburan mayat akan mencemari tanah dan lingkungan. Tapi alhamdulillah, saya mendengar sudah ada beberapa pemakaman Muslim, di antaranya di Hongo Hiroshima, Honju Saitama dan juga di Ibaraki ", ujar Prof Harisudin yang juga Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Rabu 12 Maret 2025.
Padahal, lanjut Prof Haris, di negara minoritas muslim, sesungguhnya diaspora muslim Jepang sudah diberikan rukhsah (dispensasi) untuk dikubur bersama non-Muslim.
Fikih Aqalliyat
" Dalam Fikih Aqalliyat, muslim yang seharusnya dikubur bersama muslim lain, boleh dikubur bersama non-Muslim jika kesulitan mendapatkan pemakaman muslim", tukas Pengasuh PP Darul Hikam Mangli Jember tersebut.
Fikih Aqalliyat adalah hukum fikih yang berhubungan dengan muslim yang tinggal di negeri-negeri minoritas Muslim.
"Jepang, Taiwan, Cina, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Rusia, Belanda, Jerman, Amerika Serikat adalah negara-negara dengan penduduk minoritas Muslim", jelas penulis buku Fikih Aqalliyat terbitan Pustaka Compas Jakarta tersebut.
Ke depan, Prof Haris mengatakan, Fikih Minoritas akan menjadi isu Human Rights (Hak Asasi Manusia)
"Ke depan ini akan menjadi isu human Rights. Pemerintah di negara minoritas muslim harus mengakomodir kebutuhan beragama masyarakatnya, khususnya umat Islam", tukas Dai Internasional Lima Benua tersebut.
Negara-negara maju selama ini mengklaim telah mengatur manusia dengan baik. Nah sudah saatnya, mereka juga peduli terhadap kebutuhan Muslim.
"Makanya ke depan bisa jadi sudah tidak ada Fikih Aqalliyat lagi. Karena semua negara telah memfasilitasi kebutuhan umat Islam di negara masing-masing", ujar Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.
Oleh karenanya, isu Fikih Minoritas harus diperjuangkan dalam negara-negara maju tersebut.
Acara pengajian berlangsung seru dengan berbagai pertanyaan. Acara yang dimulai jam 16.00-18.00 waktu Jepang ini dihadiri H. Tirmidzi (Direktur Masjid Mihara), Septian Adi Wibowo (Ketua MWCI NU Hiroshima), Riki Have Nugroho (Wakil Ketua) dan Ira Hestiani (Bendahara).
Selain itu hadir pula Bariq Ghazala (Ketua KMIH Jepang), Duhaul Biqal (Ketua PPIH), Ir. M Muntaha,ST,.IP (Ketua Lazisnu PCI NU Jepang) serta hampir seratus lebih jama'ah dari kota Mihara dan sekitarnya.
Demikian dikabarkan M. Irwan Zamroni dari Prof KH MN Harisuddin.
Advertisement