Makam Dirusak, GP Ansor Dukung Selidiki Motif Doktrin Intoleransi
Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Solo, Arif Syarifuddin, menyayangkan aksi perusakan makam yang dilakukan oleh anak-anak seusia sekolah dasar. Ia mendukung segala tindakan aparat hukum untuk melakukan penyelidikan terhadap motif tindak intoleransi tersebut.
Dia pun mendukung langkah Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, yang bakal menutup lokasi pendidikan anak-anak itu.
“Aparat yang berwenang, dinas pendidikan, kasus ini menjadi catatan bagi semua. Mari dibenahi bersama-sama, jangan sampai ada oknum mencoreng pendidikan dan budaya luhur masyarakat Solo,” tuturnya, dikutip Kamis 24 Juni 2021.
Arif mengingatkan kepada seluruh elemen, pendidikan bernada intoleransi di Solo harus menjadi perhatian. Perlu ada pembenahan dan perhatian khusus agar hal serupa tidak terulang di kemudian hari.
“Sangat setuju dengan Mas Wali yang bakal menutup lokasi pendidikan anak-anak,” imbuh Arif.
Muasal Kasus
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 12 makam di kompleks permakaman umum Cemoro Kembar, Mojo, Pasar Kliwon, Solo, rusak. Perusakan makam di Mojo, Solo, itu diduga dilakukan oleh segerombolan anak-anak yang berada di sekitar makam.
Lurah Mojo, Margono, menjelaskan, salah seorang warga melihat anak-anak tengah merusak makam. Menurutnya, anak-anak itu merupakan murid pendidikan informal di kawasan itu.
“Tidak dilanjutkan ke proses atas [hukum], namun karena mengandung intoleran, perusakan 12 makam masuk ke ranah kepolisian,” papar dia, Senin 21 Juni 2021.
Margono tidak mengetahui secara detail sekolah anak-anak pelaku perusakan itu. Namun, sekolah itu seolah keagamaan dengan prediksi usia sekolah dasar. Ia mengaku belum mengetahui motif perusakan itu. Yang jelas mereka warga luar Mojo bahkan luar Kota Solo.
Menurutnya, sudah ada mediasi oleh seluruh pihak-pihak termasuk pihak sekolah. Ia memastikan bakal berkoordinasi dengan RT dan RW karena bangunan sekolah itu masih ngontrak.
"Kami dari RT dan RW prinsipnya, karena ini masih anak-anak kita usahakan kekeluargaan,” terang Margono. Menurutnya, dari pihak sekolah menyanggupi untuk melaksanakan perbaikan.
Sikap Walikota Surakarta
Sejumlah anak usia sekolah dasar (SD) merusak makam Nasrani di tempat pemakaman umum (TPU) Cemoro Kembar, Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah. Polisi masih menyelidiki dugaan doktrin intoleransi pada anak-anak yang melakukan perusakan.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa pelaku perusakan tetap diproses hukum. Perusakan makam yang dilakukan murid sebuah lembaga pendidikan -yang diduga tidak ada izinnya- akan tetap diproses dan tidak bisa dibiarkan, apalagi melibatkan murid yang masih kecil usia tiga hingga 12 tahun.
Hal itu diungkapkan Gibran saat meninjau langsung di lokasi, yakni TPU Cemoro Kembang, Senin lalu. Menurut Gibran, baik penanggung jawab lembaga pendidikan tersebut maupun anak-anak yang masih di bawah umur harus mendapatkan pembinaan.
"Yang merusak makam dinilai sudah keterlaluan. Apalagi melibatkan anak-anak, nanti segera diproses sesuai hukum yang berlaku. Lembaga dan pengasuhnya sudah tidak benar. Segera ditutup saja operasionalnya. Anak-anaknya yang tidak benar nanti akan dilakukan pembinaan," kata Gibran seperti dikutip Antara.
Penyelidikan Polisi
Sementara, Kapolsek Pasar Kliwon Polresta Surakarta, Iptu Achmad Riedwan Prevoost menjelaskan, pihaknya melakukan proses mediasi antara pihak yang dirugikan dengan pelaku atau orang tua pelaku.
Proses mediasi itu dihadiri oleh tokoh masyarakat RT dan RW setempat. Sudah ada titik temu kesepakatan kedua belah pihak. Namun, sesuai prosedur pihak kepolisian tetap melakukan pemeriksaan dan penyelidikan.
Karena, kasus ini melibatkan anak di bawah umur maka pemeriksaan terhadap mereka didampingi orang tua, wali, dan pengasuh di tempat belajar pengajar pada anak yang melakukan aksi itu.
Pada proses mediasi dengan mempertemukan pihak orang tua anak dan pihak yang dirugikan. Sudah ada kesepakatan dan akan dilakukan ganti rugi tetapi kepolisian tetap melaksanakan proses pemeriksaan lebih lanjut.
Detail Peristiwa Pelibatan Anak SD
Peristiwa perusakan terjadi pada Rabu 16 Juni 2021, sekitar pukul 15.00 WIB oleh sekitar 10 murid sebuah lembaga pendidikan di daerah itu. Dari hasil pemeriksaan ada sekitar 12 makam yang mengalami kerusakan.
Menurut saksi, perusakan dilakukan anak yang merupakan murid dari lembaga pendidikan pimpinan Mujair, yang terletak di dekat makam.
Sementara itu, sekelompok anak-anak tersebut merusak belasan makam Kristen. Dilansir VoA, polisi masih menyelidiki dugaan doktrin intoleransi pada anak-anak yang melakukan perusakan.
Andreas Budi adalah salah satu warga di mana batu nisan mendiang ibu dan istrinya dirusak. Salib dan simbol-simbol lain di makam itu dirusak dan dipatahkan. Andreas mengaku lega, polisi pada hari Senin 21 Juni 2021 bergerak cepat dan menangkap tersangka pelaku.
"Ini makam ibu saya, sampingnya makam istri saya. Ya kaget dikasih tahu warga juru kunci makam, kalau makam keluarga saya ini dirusak. Kami diberi tahu pelaku perusakan sudah ditangkap dan mediasi mau memperbaiki makam," jelas Andreas.
Andreas hanyalah salah satu keluarga dari 12 makam yang nisannya dirusak.