Majelis A'wan Ponpes Langitan KH Qohwanul Adib Munawwar Wafat
Kabar duka datang dari Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan Kabupaten Tuban. Majelis A'wan Ponpes Langitan, KH Qohwanul Adib Munawwar meninggal dunia, pada Kamis, 3 Desember 2020.
Kabar wafatnya KH Qohwanul Adib Munawwar ini dibenarkan Muhammad Soleh, redaktur majalahlangitan.com. "Iya, benar, Mas. Kemarin beliau meninggalnya," ujarnya singkat.
Soleh menambahkan, KH Qohwanul Adib Munawwar meninggal pada pukul 18.00 di rumah kediaman. "Rencana dimakamkan hari ini di lingkungan ponpes Langitan," katanya.
Kiai Adib, ini merupakan sosok orang alim. Karena itu, sepeninggal Kiai Adib banyak yang kehilangan. Termasuk salah satunya Zainuddin Ibad, sahabat sekaligus santri Kiai Adib. Ia menilai sosok almarhum adalah orang alim. "Alim sederhana polos dan tawadhu'," kata Zainuddin seperti dikutip Online.
Ia kemudian menceritakan saat berkenalan dengan Kiai Adib. "Kala itu saya berkesempatan nderek (ikut) bersama para kiai dan Habaib ke Malaysia. Rombongan yang dipimpin oleh Gus Tajul Mafakhir ini untuk berdakwah dan silaturrahmi dengan Ulama di Malaysia, sekaligus berziarah kepada wali-wali negeri jiran. Disitu saya berkenalan dengan Gus Adib. Sapaan akrabnya. Sosoknya kalem murah senyum dan rendah hati," kata Zainuddin.
Pasca berkenalan, ia merasa Kiai Adib telah membuatnya penasaran. "Sempat berbincang-bincang agak lama dan membikin saya penasaran. Pasalnya beliau (Kiai Adib) semacam membaca kerangka kehidupan yang saya jalani. Menghitungnya berdasarkan tanggal kelahiran nama ayah dan juga ibu," katanya.
Ia sempat merasa tidak begitu percaya dengan kemampuan yang ditunjukkan Kiai Adib. "Entah awalnya kurang begitu percaya, setelah beberapa hal beliau sebutkan baru ngeh (yakin). Beberapa peristiwa seperti bisa terbaca dari yang lalu maupun yang akan datang. Kemudian saya tanya, kok saget ngeten Gus, njen uruk i kulo (kok bisa begitu gus, coba minta saya diajari)," katanya.
Zainuddin melanjutkan ceritanya setelah perjalanan di Malaysia. "Setelah pulang ke indonesia sering kontak-kontakan melalui whatsapp. Saya pun mengikuti kajian beliau Nasoihul Ibad di chanel Youtube Walisongo Langitan. Ngaji pasan (ngaji ramadhan) yang diselenggrakan online karena memang di saat pandemi," katanya.
Ia juga mengaku pernah mendapat cerita dari salah satu murid Kiai Adib. "Beliau termasuk yang mbalah ngaji Ikhya menggantikan Kiai Faqih Langitan. dan juga mbalah kitab-kitab besar semisal Fathul Wahab, Mahalli dan lain-lain beliau sedari awal memang Kiai yang Muttoli' ( ahli mutola'ah)," katanya.
Zainuddin juga memaparkan tentang keikhlasan Kiai Adib dalam mengaji. Katanya, pernah suatu ketika saat ngaji dan yang datang sedikit, beliau berujar "aku bien kaleh Mbah Yai Faqih diutus ngaji, nggak diutus ngopra-ngopra'i (saya dulu sama Mbah Yai Faqih disuruh ngaji, tidak disuruh memaksa santri untuk ngaji)".
"Rohimahu Allahu Kiai Qohwanul Adib. Beberapa chat dengan Kiai Adib, saat saya ingin mirengaken (mendengarkan) pengajian beliau yang sudah direkam. Kata beliau "Tujuanku ngaji direkam gawe tinggalan (untuk peninggalan) anak-anakku mbesok," katanya.