Misteri Kejayaan Majapahit Timur (bagian II)
Nama Lumajang berasal dari kata "Lamajang" yang mempunyai dua macam arti yaitu "Lemah" dan "Hyang" yang artinya Rumah Dewa atau tempat yang disucikan. Lamajang juga bisa diartikan sebagai "Lemah" dan "Ajang" atau piring yang berarti daerah yang kental nuansa kesuburannya. Prasasti Mula Manurung menyebutkan, Lamajang merupakan suatu wilayah yang penting sejak zaman Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan Kerajaan Singosari di abad ke-13.
Keberadaan Lamajang bahkan tercatat dalam beberapa literatur kuno seperti Prasasti Kudadu, Babad Negara Kertagama, Babad Pararaton, Kidung Harsawijaya, Kidung Ranggalawe, Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Sorandaka.
Mansur Hidayat, Ketua Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur, mengatakan dalam Prasasti Kudadu, terkutip sebuah cerita jika Arya Wiraraja yang saat itu menjadi Adipati Sumenep diminta membantu Raden Wijaya dalam melawan Prabu Jayakatwang di Kediri dan mengusir tentara Tar-Tar pada tahun 1292 Masehi.
"Setahun setelah kemenangan itu, pada 1293 Masehi, Arya Wiraraja dan Raden Wijaya lantas membagi Jawa dalam dua wilayah besar," kata Mansur. Wilayah barat bernama Majapahit dengan raja Raden Wijaya atau Kertarajasa Jayawardana, serta wilayah timur bernama Lamajang Tigang Juru dengan rajanya yaitu Arya Wiraraja.
Diyakini, bekas peninggalan Lamajang Tigang Juru ini berada di dalam benteng yang saat ini dikenal sebagai situs Biting. "Runutan sejarah dan bukti-bukti arkeologi, kuat dugaaan benteng dan pemukiman Kerajaan Lamajang memang berada di situs Biting," kata Mansur.
Jika benar catatan ini, maka benteng yang saat ini masih dalam proses penggalian itu, dibangun sekitar abad ke-14, yaitu pada masa Arya Wiraraja atau setidaknya pada masa Mpu Nambi, sebagai penerus tahta Arya Wiraraja.
Keyakinan ini sangat nyata mengingat struktur batu bata sebagai penyusun benteng, banyak memiliki motif berbentuk clurit. Sebuah motif khas Madura karena Arya Wiraraja dulunya berasal dari Sumenep, Madura.
"Bukti kuatnya juga ada kesamaan istilah dalam penyebutan 'Pengongakan' untuk menyebut menara pengintai di situs Batu Putih di Sumenep dengan 'Pengongakan' di Situs Biting," ujar sejarawan lulusan Fakultas Sastra Sejarah Universitas Udayana ini.
Mansur mengatakan, temuan ini cukup penting untuk menjelaskan sejarah Indonesia bahwa kawasan Lumajang sebenarnya bukan peninggalan kerajaan Majapahit, namun menunjuk pada penguasa lokal yaitu adanya sebuah kerajaan bernama Lamajang Tigang Juru yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Lumajang, Panarukan, Blambangan, Madura, dan Bali.
Dihubungi terpisah, Aries Purwantiny, arkeolog dari Udayana Bali mengatakan, Situs Biting, akan mengungkap sejarah Majapahit dan Lumajang yang saat ini masih diselimuti banyak misteri.
"Di masa Majapahit, ternyata ada yang penting berupa situs Biting tetapi belum diungkap," kata Aries. Dalam kitab kuno seperti Negara Kertagama disebutkan, Majapahit itu dikelilingi benteng. "Padahal di Trowulan sampai saat ini belum ditemukan struktur benteng seperti di Situs Biting," katanya.
Dan di Biting sendiri, benteng yang ditemukan sungguh luar biasa karena dibangun dengan memanfaatkan struktur alam seperti dikelilingi jurang dan tiga sungai alam serta satu sungai buatan.
Dari bentuk benteng yang mengelilingi kawasan seluas 135 hektare dan memanjang sejauh sekitar 10 kilometer, situs ini diyakini sebagai karya terbesar di zamannya. Artinya, ada banyak misteri yang belum terungkap.
Aries mengatakan, berdasarkan sejarah, benteng merupakan sarana pertahanan untuk perlindungan. Minimal, Lumajang yang dikenal sebagai lumbung padi sangat masuk akal jika harus dilindungi dari serangan musuh. Bersambung (wah)