Main Hati ala Edhie Natallis di Sepeda Klasik dan Kopi
Sepeda dan gowes. Dua hal berbeda tapi saling berhubungan. Buat Edhie Natallis, ada banyak filosofi di balik sebuah alat dan sarana transportasi itu. Sepeda bisa untuk memahami nilai sebuah keabadian. Tentu sepeda juga memiliki nilai investasi.
“Punya banyak sepeda tapi tidak digowes maka tidak ada makna apa-apa. Padahal gowes itu bisa menahan hawa nafsu. Bisa juga menekan ego manusia. Bisa menambah teman. Juga mengantarkan kita ke tempat yang baru,” buka pria ramah ini.
Sejak kecil, di kampung halaman Cilacap, Edhie sudah bergelut dengan sepeda. Ke mana-mana, sekolah atau bermain, dirinya selalu menggunakan sepeda. Mimpinya hanya satu waktu itu, punya sepeda klasik!
“Maklum masih anak-anak dan belum punya cukup uang. Jadi memegang sepeda klasik saya takut. Takut jatuh lalu baret saya tidak bisa menggantinya,” kenang Edhie.
Sering melihat sepeda klasik merek Eropa di masa kecil itu membuat Edhie begitu terobsesi ketika dewasa. Apalagi setelah tergabung dalam Vintage Road Bike Indonesia (Viroke), makin akut tingkat keracunannya.
“Sepeda besi, begitu julukan sepeda klasik itu nilainya tinggi. Terutama brand ternama buatan Italia. Di sanalah cikal bakal sepeda bermula. Jadi buruan saya tentu sepeda klasik merek Eropa,” bilang warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini.
Semua perlu proses belajar, pernah Edhie terjebak salah beli sepeda klasik. Saat membeli sepeda merek Peugeot dari Prancis. “Sayang sekali ini tidak otentik. Dekalnya saja yang benar-benar Peugeot lainnya sudah tidak orisinil lagi. Akhirnya saya jual dengan harga lebih murah. Rugi, deh!” tuturnya lantas tertawa.
Tak semua koleksi Edhie ini digowes. Lebih sering menjadi bagian dari hiasan rumah. Bila tidak digowes, Edhie kerap membersihkan sendiri dan melumasinya. “Tak lupa memompa ban bila sudah gembos,” tuturnya.
Ada dua koleksi Edhie yang paling dicinta. Colnago Titanio art décor buatan tahun 1990 dan Nicoletti yang langka di Indonesia. “Penuh perjuangan saya merayu pemilik sebelumnya. Dia kolektor yang paham sepeda. Jadi alot negonya,” tutur suami Joyce Novelyn Hutubessy.
Untuk keseharian, anggota BMC (Brompton Monas Cyclist) ini menggunakan sepeda lipat (seli). Tak hanya Brompton, tapi Edhie juga mengoleksi Dahon dan FnHon.
“Seli ini sangat cocok untuk kita yang tinggal di perkotaan. Dipadukan dengan moda transportasi lainnya. Saat ini saya jarang menggunakan mobil. Sering pakai seli ke kantor atau belanja. Kecuali tempat yang dituju sangat jauh baru pakai mobil,” jelas Edhie yang selalu membawa seli saat tugas keluar kota.
Mengikuti zaman kekinian, Edhie juga memiliki beberapa sepeda road bike berbahan karbon.
Sejak 2012, selain sepeda dan gowes, ada tambahan satu filosofi lagi. Yakni kopi! Ya, Edhie berhasil menggabungkan ketiganya menjadi cerminan dirinya.
“Sebelum 2012 saya bukan penikmat maupun peminum atau penggemar kopi. Tapi setelah saya mencoba, saya mendapatkan energi tambahan saat gowes. Ternyata setelah saya pelajari, kopi sangat bermanfaat untuk tubuh. Terutama kopi tanpa gula,” jelas ayah dua anak ini.
Edhie mengaku tubuh tetap bugar setelah minum kopi selesai gowes. Dari situ, Edhie mulai merintis membantu UKM buka kafe kecil-kecilan di kawasan jalan Haji Ten Raya, Jakarta Timur dengan nama Hten Coffee.
“Kafe ini tempat saya belajar berbisnis kopi. Sekaligus investasi hari tua, dan ‘mainan’ saya. Ini jadi tempat refreshing. Di kafe saya bisa bertemu banyak cyclist dan ngobrol sepeda yang tak ada habisnya!” jelas pria yang berkarier di Bank Indonesia.
Di sela-sela kesibukannya, Edhie masih menyempatkan diri untuk memproduksi kopi. Cold brew (seduh dingin) dengan nama Viere. “Viere itu singkatan nama dua anak saya menjadi satu. Vienna Alexandria Natallis dan Renata Aurelia Natallis,” ungkapnya.
Semua proses menyeduh kopi Viere dilakukan sendiri secara manual di rumahnya. Saat ini, jiwa Edhie sudah menyatu dengan sepeda, gowes, dan kopi. “Kopi harus dihandle dengan hati, sama seperti sepeda klasik,” tutupnya sambil menikmati Viere cold brew. Mari diagendakan untuk ngopibareng Edhie sambil bicara sepeda.
Advertisement