Mahkota Baru Raja Mall Surabaya
Gelar raja mall itu sebetulnya sudah lama menjadi miliknya. Tapi kali ini mahkotanya harus diperbarui, setelah mengakuisisi dua mall besar di Jogjakarta dan Solo milik Group Duniatex.
Mahkota baru harus disematkan kepada bos Pakuwon Group Alexander Tedja. Pengusaha properti asal Surabaya yang memulai debutnya di dunia bisnis ini sejak tahun 1982 lewat PT Pakuwon Jati.
Menariknya, pengambilalihan pusat perbelanjaan di Jogja dan Solo itu terjadi akhir tahun lalu. Pada saat dunia bisnis terguncang akibat pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.
Langkah bisnis ini makin membuat Alex Tedja --demikian ia biasa dipanggil-- jauh meninggalkan kekayaan sesama pengusaha Surabaya segenerasinya. Makin kaya di saat yang lain harus berjibaku dengan suasana sulit.
Hartono Mall yang berada di Ringroad Utara merupakan mall terbesar di Yogyakarta. Pesaing utama Ambarukmo Plasa yang sudah berdiri sebelumnya. Mall yang diberdiri di atas lahan keraton, berdampingan dengan Ambarukmo Hotel.
Di mall itu juga ada hotel bintang lima: JW Marriot Jogjakarta. "Pakuwon Group ambil alih dua mall plus satu hotel senilai Rp 1,3 Triliun," kata Sutandi Purnomosidi, Direktur Komersial PT Pakuwon Jati Tbk.
Sutandi berada di Jogja untuk menghidupkan Hartono Mall dengan standar Pakuwon. Ia bersama seorang kepercayaannya yang sudah ditanam sejak akuisisi terjadi.
Pria kelahiran Jakarta yang besar di Magelang ini sekarang menjadi ujung tombak bisnis pusat perbelanjaan Pakuwon Group. Inilah salah satu jaringan properti mall yang tak tergoyahkan oleh pandemi Covid.
Bagaimana tidak layak dengan sebutan raja Mall? Dalam waktu yang singkat, Pakuwon Group menjadi penguasa pusat perbelanjaan di beberapa kota besar di Indonesia. Tinggal luar Jawa yang belum disentuhnya. Rasanya tinggal menunggu waktu saja.
Dua mall milik Pakuwon menambah daftar panjang mall miliknya. Di Surabaya ada Tunjungan Plaza, Pakuwon Mall, Royal Plaza, Pakuwon City, dan Food Junction Grand Pakuwon. Di Jabodetabek ada Blok M Plaza, Gandaria City, Kota Kasablanka, dan Pakuwon Mall Bekasi.
Selama ini, Pakuwon sudah dikenal sebagai pemilik mall terluas di Indonesia. Total luasan mall pengusaha yang memiliki sejumlah hotel Sheraton di negeri ini mencapai 66,3 hektar. Dengan tambahan dua mall ini bisa mencapai 70 hektar.
Bayangkan. Untuk mengelilingi seluruh pusat perbelanjaan milik Alex Tedja bisa membutuhkan 4,5 bulan jika ditempuh dengan jalan kaki. Itu sudah tergolong jalan kaki agak cepat karena harus dengan kecepatan 5 kilometer per jam.
Total luas mall milik Pakuwon ini mengalahkan total luasan outlet ritel raksasa dunia: Wallmart. Toko ritel yang perusahaannya menghasillan uang Rp 1 miliar per menit ini hanya seluas 600 ribu meter per segi di seluruh dunia.
Wallmart yang usianya sama dengan usia kemerdekaan RI telah mengantarkan Alice Walton, putri tunggal pendirinya Sam Walton, sebagai salah satu perempuan terkaya di dunia. Kekayaannya kini mencapai USD 65,8 miliar atau 47 kali kekayaan Alex Tedja.
Akankah properti toko ritelnya Alex Tedja terus meroketkan kekayaan suami Melinda Tedja ini? Siapa tahu. Yang pasti, ia sudah menyandang sebutan sebagai Raja Mall di Indonesia. Apalagi kalau ekspansi properti mallnya akan terus merambah kota besar lainnya di Indonesia.
Saya tidak tahu persis berapa ribu hektar total kawasan yang dimiliki Pakuwon Group jika gabungkan semua. Sudahkah total luasan properti yang dimilikinya melampaui luasan kota Surabaya tempat ia memulai menjadi pengusaha?
Yang pasti, mall hanya salah satu bisnis pengusaha yang besanan dengan Murdaya Poo ini. Ia juga dikenal sebagai pengembang superblok, apartemen, perkantoran, dan landed house yang ada di bawah bendera perusahaan dengan kode saham PWON di bursa Indonesia.
Bisnis yang dibangun dalam kurun 40 tahun lebih ini telah mengantarkan Alex Tedja masuk dalam daftar 20 orang terkaya di Indonesia. Dengan menganbil alih Hartono Moll Yogya dan Solo menbuat posisinya meroket dari urutan ke 26 menjadi ke 15 tahun ini.
Total kekayaan Alex Tedja dengan Pakuwon Groupnya kini mencapai USD 1,4 miliar. Atau sekitar Rp 21 Triliun. Ia meninggalkan kekekayaan pengusaha Surabaya segenerasi yang mulai merintis bisnis di waktu yang sama, termasuk besannya.
Kekayaan Alex Tedja mengungguli kekayaan konglomerat asal Surabaya seperti Murdaya Poo, Haritanoe Sudibyo, dan Eddy Katuari. Tapi masih kalah dengan Tahir, pengusaha dari kota Pahlawan yang masuk dalam jajaran 10 besar orang terkaya di negeri ini. Tahir adalah pemilik Mayapada Group.
Kita tak perlu menyebut Putera Sampoerna yang memang selalu nangkring di sepuluh besar orang terkaya di Indonesia. Orang kaya Surabaya yang mulai mengeruk harta dari bisnis rokok di masa lalu. Jalan menuju kaya seperti yang digapai dua kakak beradik pemilik Djarum dari Kudus.
Setiap situasi krisis tidak mesti menghasilkan kesulitan semua orang. Bisa saja, krisis malah menjadi orang yang sudah kaya menjadi lebih kaya. Demikian juga saat krisis ekonomi 1998. Di tengah kesulitan sebagian besar orang, banyak yang kaya mendadak saat itu.
Memang krisis akibat pandemi ini tak menyasar semua lini bisnis. Bidang telekomunikasi, farmasi dan kesehatan bisa meraup untung besar. Sementara industri jasa, hospitality dan angkutan menjadi yang paling terpukul karena berbagai pembatasan mobilitas manusia.
Bisnis properti --apalagi mall-- seharusnya termasuk yang ikut tiarap. Tapi rupanya ini tak berlaku bagi Alex Tedja. Ia malah ekspansi di saat pengusaha mall lainnya harus berjibaku untuk mendongkrak kunjungan di tengah berbagai pembatasan kerumunan manusia.
Tentu ini bukan sekadar hoki Alex Tedja. Tapi gabungan antara ketekunan, kecerdasan, dan kerja keras yang dilakukan dalam membangun bisnisnya. Tidak ada pengusaha yang besar hanya semata-mata karena hoki.
Konon, kerajaan usaha Hartono di Jogja dan Solo ini diambilalih dari bank QNB. Setelah pengusaha keturunan yang besar di Jogja itu gagal memenuhi kewajiban utangnya dan terancam dipailitkan. Jadi, Pakuwon mengambil alih dengan menutup utang pemilik lama di bank.
Proses pengambilan keputusan membeli mall itu pun berlangsung cepat. "Saya hanya ditanya Pak Alex apakah SDM-nya siap? Tentu saya harus menjawab siap," tambah Sutandi.
Ia sudan menyiapkan memboyong tenan baru dari Surabaya dan Jakarta ke Jogja. Mulai dari food and bavarage maupun fashion. Sejumlah brand kelas atas juga sudah siap mengisi mall Pakuwon di Jogja ini.
Ah... ini akan membikin makin kerasan saja tukang belanja untuk mengunjungi Jogja. Menambah pilihan berburu kenikmatan selain gudeg, bakmi dan sate klataknya.