Mahfud MD Kritik Gagasan Indonesia Bersyariah
pihak menggaungkan Indonesia Bersyariah. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfudz MD mengkritiknya. Ia menganggap gagasan tersebut berlebihan.
Ia melontarkan kritik tersebut saat menghadiri 75 Tahun Gus Mus, Persembahan Sahabat dan Santri di Klenteng Sam Po Kong, Semarang, Rabo Malam (14/8/2019). Hadir di acara itu sejumlah tokoh nasional, menteri, gubernur, seniman dan para tokoh lintas agama.
Mulanya Mahfudz menyontohkan sosok Gus Mus yang dianggap sebagai tokoh muslim yang menjalankan Islam secara subtansi. Mantan Rais Aam itu tidak pernah pernah menyebut dirinya bersyariah, tapi kehidupan sehari-harinya menjalankan syariah Islam.
Dengan caranya itu, justru Gus Mus dapat diterima semua kalangan dan menerima semua kalangan. "Sosok seperti Gus Mus inilah yang justru mewujudkan Islam yang membawa rahmat bagi sekalian alam," katanya.
Ia lantas menyinggung sebagian kelompok Islam yang terus menggaungkan Islam bersyariah. Padahal, senyatanya tanpa harus dinyatakan bersyariah, bangsa Indonesia telah bersyariah. Nilai-nilai Islam telah dijalankan dalam berbangsa dan bernegara.
"Jadi yang berteriak Indonesia Bersyariah itu ibarat membuat papan pengumuman di sini dijual ikan di pasar ikan. Semua orang sudah pasti tahu bahwa yang dijual di pasar ikan ya ikan. Kado berlebihan," katanya.
Mahfudz juga sempat membandingkan sosok Gus Mus dengan Gus Dur. Yang disebut terakhir adalah sahabat dekat Gus Mus. Gus Dur adalah Ketua Umum PBNU yang pernah menjadi Presiden RI ke empat.
Menurutnya, Gus Mus adalah sosok yang berbeda dalam merespon berbagai masalah. Gus Mus mendiamkan setiap ada pihak lain yang menyerangnya. Sampai pada akhirnya mereka yang menyerang atau mengkritiknya meminta maaf sendiri.
Sedangkan Gus Dur selalu merespon setiap apa yang dianggapnya tidak benar. Bahkan, Gus Dur cenderung melabrak dan menyerangnya sampai mereka yang berseberangan thele-thele.
"Para sahabat Nabi pun juga macam-macam. Ada yang pendiam. Ada juga yang responsif seperti Umar bin Khatab. Seperto perbedaan antara Gus Dur dan Gus Mus," kata guru besar bidang hukum tata negara ini.
Acara 75 Tahun Gus Mus di Klenteng Sam Po Kong ini betul-betul menggambarkan keindahan kemajemukan Indonesia. Ulang tahun seorang kiai besar dirayakan para tokoh lintas agama, seniman, budayawan, para pejabat dan rakyat biasa.