Mahfud MD Cawapres Umat?
Jika benar Mahfud yang dimaksud Rommy, maka Pilpres 2019 akan berlangsung menarik. Faktor representasi keumatan justru menjadi perhatian utama dari Poros Jokowi.
Ketua Umum PPP Romahurmuziy memberi bocoran terbaru, siapa yang akan digandeng Jokowi sebagai cawapres. “inisialnya M,” ujarnya. Sosok itu mewakili warna relijiusitas ormas Islam terbesar di Indonesia, serta sudah malang melintang di jabatan publik sejak reformasi. Satu tambahan lagi, nama tersebut ada diantara 10 nama yang pernah disebutnya.
Dari beberapa tanda tersebut, nampaknya sosok yang dimaksud Rommy mengarah kepada Mahfud MD. Namanya termasuk 10 nama cawapres yang pernah disebut Rommy.
Mahfud sudah melintang di beberapa jabatan publik. Mahfud pernah menjadi Menteri Pertahanan, dan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan. Menjadi anggota DPR RI Fraksi PKB, dan kemudian menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi. Saat ini Mahfud menjadi anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang dipimpin Megawati. Ciri lainnya yakni mewakili warna relijiusitas ormas Islam terbesar (NU).
Sebenarnya ada nama lain yang juga memenuhi ciri-ciri yang disampaikan Rommy, yakni Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Namun kalau Muhaimin yang dimaksud, Rommy pasti tidak akan menggunakan kata “warna.” Muhaimin adalah representasi NU, tidak sekedar “warna.” Beda dengan Mahfud yang keNUannya tidak terlalu asli.
Jika benar Mahfud yang dimaksud Rommy, maka Pilpres 2019 akan berlangsung menarik. Faktor representasi keumatan justru menjadi perhatian utama dari Poros Jokowi. Sebaliknya Poros Prabowo yang tadinya diharapkan menjadi koalisi keumatan (Gerindra, PAN, dan PKS) malah bergerak meninggalkannya. Ada tanda-tanda yang sangat kuat bahwa Prabowo akan menggandeng AHY. “Sudah 95%,” kata Waketum Gerindra Arief Poyuono. Prabowo-AHY akan menjadi pasangan “LGBT,” pasangan sejenis. Sesama nasionalis.
Situasinya menjadi terbalik. Tertukar. Prabowo-AHY –kendati nantinya terpaksa tetap didukung oleh PAN, dan PKS—tidak bisa lagi mengklaim sebagai koalisi keumatan. Susah untuk menjelaskan kepada publik bahwa mereka adalah representasi umat. Hanya Prabowo yang berjuang bersama umat, ketika Pilkada 2017 berlangsung. AHY dan Demokrat memilih netral.
Justru Jokowi bisa mengklaim sebaliknya. Minimal setengah “keumatan.” Mahfud bisa menjadi simbolnya. Mahfud bisa menyatukan kekuatan Islam tradisional dan modern. Selain “bau” NU, Mahfud adalah alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dia pernah menjadi Koordinator Presidium Majelis Nasional Korps Alumni HMI (KAHMI).
Dilema bagi PKS dan PAN
Mengerucutnya dua poros Jokowi-Mahfud dan Prabowo-AHY membuat koalisi keumatan galau dan bingung. PAN, dan terutama PKS yang tadinya diharapkan membuat poros keumatan bersama Gerindra menjadi terjepit.
Benar bahwa pintu Jokowi masih terbuka bagi PAN. Namun PAN pasti akan berhitung dengan cermat, sebelum memutuskan bergabung dengan Jokowi. Dampak elektoralnya akan sangat buruk. Mayoritas kader dan konstituen PAN, menolak Jokowi. Sementara bila tetap mendukung Prabowo-AHY yang tidak ada unsur keumatannya, juga tidak ada dampaknya secara elektoral.
Bagi PKS situasinya lebih buruk lagi. Tidak ada pilihan lain. Mereka harus tetap berada di Poros Prabowo, dan tidak mungkin abstain.
Jalan terbaik bagi PAN, dan PKS bila mereka membentuk koalisi baru, Poros Keumatan. Celah itu terbuka jika PKB yang kecewa atas penunjukkan Mahfud membelot dari Jokowi.
PKB selama ini secara terbuka sudah menolak keras bila Jokowi menggandeng Mahfud. Dalam penilaian PKB, Mahfud bukanlah warga NU asli. Warna hijaunya tidak kental. Hijau bercampur, hitam dan putih. Warna Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Mahfud menjadi dekat dengan NU setelah diangkat menjadi Pertahanan oleh Gus Dur selama kurang dari satu tahun (2000-2001), dan kemudian menjadi Menteri Hukum dan Perundang-Undangan selama tiga hari (20 Juli 2001-23 Juli 2001).
Akibat penolakan PKB itu, Selasa (7/8) sejumlah elit NU bertemu. Foto-foto yang beredar menunjukkan Ketum PBNU Said Agil Siradj, Sekjen PBNU Helmi Faisal Zaini, Sekjen PKB Abdul Karding, Mantan Mendiknas M Nuh, mantan Wagub Jatim Syaifullah Yusuf, dan Yenny Wahid bertemu di kantor PBNU.
Kabarnya mereka telah menyepakati untuk mendukung duet Jokowi-Mahfud. Kesepakatan ini kemudian dibawa ke Muhaimin, dan akhirnya juga menyetujui.
Kesepakatan itulah tampaknya yang kemudian membuat Rommy berani secara terbuka memberi bocoran yang sangat spesifik. Meminjam kalimat Arief Poyuono, “95% Mahfud MD akan menjadi pasangan Jokowi.”
Dengan kepastian itu, apakah Prabowo masih tetap percaya diri maju bersama AHY? end
*) Ditulis oleh Hersubeno Arief, wartawan senior yang kini menjadi konsultan media dan politik - Tulisan ini dikutip sepenuhnya dari laman hersubenoarief.com atas ijin penulis.
Advertisement