Mahathir Mohamad Jadi Penulis Usai Kalah di Pemilu Malaysia
Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Tun Dr. Mahathir bin Mohamad, kalah telak dalam pemilu Malaysia, 19 November 2022 lalu. Pupus sudah harapannya menduduki kursi Perdana Menteri (PM) Malaysia lagi. Ini merupakan kekalahan electoral pertamanya dalam waktu 53 tahun.
Negarawan berusia 97 tahun itu mengalami kekalahan di daerah pemilihan (dapil) Langkawi. Mahathir Mohamad berada di urutan keempat dengan hanya meraih 9,62 persen suara, turun drastis ketika dia memenangi daerah pemilihan (dapil) Langkawi dengan 54,90 persen suara pada pemilu 2018.
Pemenang kursi parlemen Langkawi ialah Mohd Suhaimi Abdullah. Ia memperoleh suara 13.518 dari 25.463. Ia tak menyangka bisa mengalahkan sang legenda dalam dunia politik Malaysia.
"Bagaimana bisa saya melawan Mahatir seorang legenda, yang bukan saja dihormati di Malaysia, tetapi di seluruh dunia? Jadi, saya betul-betul tidak menyangka," ungkapnya kepada media lokal Malaysia, Utusan.
Profil Mohd Suhaimi Abdullah
Mohd Suhaimi Abdullah merupakan ketua Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) cabang Kedah. Ia mewakili koalisi Perikatan Nasional (PN) dalam pemilihan parlemen di Langkawi. Bersatu merupakan partai bentukan Mahathir sebelum ia keluar di tengah gonjang-ganjing politik beberapa tahun lalu.
Sebelum terjun di pemilu kali ini, Mohd Suhaimi Abdullah sudah tak asing di pemerintahan Malaysia. Ia sempat menjadi senator di Majelis Nasional Malaysia mewakili Kedah pada 2017. Kemudian pada 2020, ia kembali terpilih untuk menduduki kursi yang sama.
Pada 2020 lalu, Mohd Suhaimi Abdullah juga berhasil meraih kursi Ketua Tetap dalam pemilihan pemimpin partai Bersatu, demikian diberitakan Sinar Harian. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai ketua Banda Pengurus Bersatu cabang Kedah menggantikan Mukhriz Mahathir. Ketika itu, Mukhriz diberhentikan dari keanggotaan karena mendukung oposisi di Dewan Rakyat Malaysia.
Mahathir Mohamad Jadi Penulis
Dilansir kantor berita AFP, Rabu ini, Mahathir Mohamad mengomentari untuk pertama kalinya sejak kekalahannya itu. Ia menerima kekalahannya. Pria kelahiran 10 Juli 1925 ini akan fokus menulis, tetapi tidak mengatakan apakah dia akan berhenti dari politik.
"Banyak peristiwa yang terjadi di negara ini belum terekam, termasuk yang terjadi selama pemerintahan Inggris," tulis dia di halaman Facebook pribadinya.
Mahathir Mohamad memegang Rekor Dunia Guinness World Record sebagai "perdana menteri tertua di dunia saat ini" ketika dia menjadi perdana menteri untuk kedua kalinya pada 2018, berselang dua bulan sebelum ulang tahun ke-93.
Selama masa jabatan pertamanya dari tahun 1981 hingga 2003, Mahathir Mohamad dikritik karena memerintah negara Asia Tenggara itu dengan tangan besi. Namun, dia juga dipuji karena mengubah Malaysia dari wilayah terpencil yang sepi menjadi salah satu pengekspor barang teknologi tinggi dunia.