Mahasiswi IPB Tinggal di Hutan 10 Bulan Dibully Netizen
Indira Nurul Qomariah, seorang mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) rela tinggal di hutan selama 10 bulan. Hari-harinya diisi dengan menghabiskan waktunya bersama ratusan monyet di Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara. Ada banyak pujian yang datang dari netizen, ada pula perisakan dan bully yang ditujukan padanya. Berikut penjelasannya.
Tinggal di Hutan untuk Selesaikan Tesis
Bukan tanpa asal perempuan berkerudung itu mau bersusah payah tinggal di hutan. Saat ini Indira tercatat sebagai mahasiswi S2 jurusan Biosains Hewan yang hendak menyelesaikan tesisnya alias tugas akhir.
Indira mengambil topik penelitian dengan meneliti perilaku tidur spesialis monyet jambul hitam atau Yaki (Macaca Nigra). Topik meneliti monyet ini diusulkan oleh dosen pembimbingnya. Lantaran mengaku tertarik dan sesuai dengan passion-nya, Indira lantas mengambilnya. Indira lalu membagikan kisahnya di Twitter pribadinya @indiratendi.
Memiliki Pengalaman Menangani Primata
Alasan Indira tertarik dengan primata adalah dia ingin mengenali berbagai jenis spesiesnya yang ada di Indonesia. Sebelumnya pada saat masih menjadi mahasiswi S1, Indira mengambil skripsi tentang lutung di Jawa Timur.
Tak hanya itu, dia juga tergabung dalam projek penyelamatan Siamang dan Owa di Sumatera Utara. Perempuan asli Jakarta ini juga sempat bekerja di Pusat Rehabilitasi Orang Utan di Kalimantan Timur. Berbekal ilmu dan pengalaman inilah Indira percaya diri untuk mengambil tesis dengan meneliti objek berupa Yaki.
10 Bulan di Hutan Agar Data Valid
Untuk menghasilkan data yang valid, Indira harus mengamati Yaki maksimal 1.000 jam. Saat ini terhitung Indira telah melakukan observasi selama 148 hari atau 1.700 jam. Waktu tersebut dianggap tepat agar pengamatannya tidak menghasilkan data yang subyektif, melainkan obyektif. Indira mengamati Yaki sejak pukul 05.00 WIB, ketika Yaki bangun tidur hingga 18.00 WIB, kala Yaki kembali tidur.
Sementara, sebelum melakukan penelitian, Indira harus melewati proses habituasi terlebih dahulu. Adalah proses pengenalan dengan monyet Yaki selama dua bulan agar tidak diserang. Terhitung sejak 1 September 2020 Indira memulainya dengan mendekatkan diri dengan 200 ekor monyet. Sejak saat itu Indira melatih dirinya untuk mengenal, membedakan, dan menghafal nama-nama monyet.
Tidak Sendiri
Selama sepuluh bulan di hutan, Indira ditemani beberapa orang. Antara lain dua orang mahasiswa, satu orang manajer, dua orang field assistant, dan seorang juru masak. Di hutan sendiri terdapat satu stasiun riset, dapur, kamar, toilet, dan laboratorium terbuat dari kayu.
Sejak pertama kali datang ke hutan, Indira setiap harinya membawa 5 kilogram peralatan penelitian. Seperti GPS untuk mengambil data koordinat dan track, tablet dan kamera thermal atau infrared, handycam, mikrofon, minuman dan bekal makan.
Pengalaman Berharga
Bagi Indira meneliti Yaki selama 10 bulan di hutan memberinya pengalaman yang berharga dalam hidup. Banyak kenangan pahit dan manis Indira lewati selama penelitiannya itu. Pernah sekali waktu dia kehujanan sepanjang hari dan tidak memperoleh data apa pun.
Selain itu, dia juga pernah menjadi sasaran gigitan Yaki. Belum lagi tidak adanya sinyal internet. Kendati demikian, momen yang dikenangnya kala Yaki betina melahirkan bayi. Perilaku sosialnya banyak, salah satunya berpelukan.
Viral di Media Sosial
Kisah Indira menyelesaikan tesisnya dengan hidup di hutan ini menggegerkan netizen. Cuitan kisahnya di media sosial berlogo burung berkicau viral dan tersebar ke Instagram. Salah satunya saat diunggah ulang akun @wowunix.
Sejak diunggah, postingan tentang kisah Indira disukai lebih dari 1.148 kali dan mendapat puluhan komentar.
“Anjayy ini sih asli karya tesis sesungguhnya. Bener-bener riset sendiri, dapet ide dari mana ya?,” tanya akun @citaanggaran.
“Teman kakakku, sukses mbak in,” sahut pengguna bernama @rinihandany.
“Kereeeeen, good luck mbak. Aaamiiin,” celetuk warganet lainnya.
Disindir Netizen
Sejak kisah Indira viral di media sosial, berbagai pendapat pro dan kontra muncul. Ada yang mendukung dengan mengaku terinspirasi segera menyelesaikan skripsi, ada pula yang menanggapi dengan negatif. Salah satunya dengan berujar jika Indira bisa melakukan penelitiannya karena dia anak orang kaya.
Mengetahui hal tersebut Indira lantas menanggapi dengan santai. Indira lantas mengunggah komentarnya di akun Twitter seraya memposting tangkapan layar komentar netizen.
“Lu gak tau betapa gedenya usaha gue nyari beasiswa. Gue dari keluarga ga mampu. S1 dapat beasiswa bidikmisi dan S2 dapat LPDP. Kalau punya duit ga semua orang punya mental tinggal 10 bulan di hutan tanpa listrik dan sinyal internet,” tulisnya. (Kump)
Advertisement