Mahasiswi Asal Lamongan Selamat dari Perang Sudan Ini Baru Pulang
Negara Sudan sedang berkecamuk. Sejak setengah bulan lalu, persisnya 15 April 2023, negara yang berkedudukan di jantung benua Afrika ini pecah perang saudara, antara militer dengan para militer.
Otomatis, situasi seperti ini menimbulkan tidak nyaman, keselamatan jiwa terancam. Tidak terkecuali bagi sekitar 1.200 warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di negara dengan sebutan negara dua nil tersebut.
Pemerintah Republik Indonesia pun sigap. Semua WNI dijemput untuk pulang kampung. Semua dipulangkan, baik warga yang bekerja sebagai TKI maupun warga yang sedang menjalani studi di sana.
"Total WNI yang tinggal di Sudan kalau tidak salah sekitar 1.200 orang. Sebanyak 800 orang berstatus pelajar atau mahasiswa," tutur Resta Dhuhratun Nisak, Rabu 3 Mei 2023.
Siapa Resta Dhuhratun Nisak? Ia adalah salah satu dari 800 mahasiswa asal Indonesia di Sudan. Berasal Lamongan. Tepatnya warga Dusun Singkul, Desa Karangtawar, Kecamatan Laren.
Putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan suami istri Mustaqim dan Siti Nasukhah. Nisak, sapaan akrabnya, tercatat sebagai mahasiswa semester tujuh Fakultas Syariah International University Of Africa (IUA).
"Kurang satu semester lagi kuliah saya sudah selesai. Tapi situasi Sudan perang seperti ini, ya tidak tahu lagi," katanya kepada Ngopibareng.id.
Nisak berharap, situasi Sudan segera pulih kembali. Sehingga alumni Pondok Pesantren MBS Yogyakarta ini bisa melanjutkan dan menyelesaikan kuliahnya.
"Sayang, tinggal satu semester. Insya Allah akhir tahun ini wisuda, " imbuhnya dengan nada sedih.
Tetapi, di balik kesedihan Nisak, ternyata ada rasa syukur mendalam. Dia tidak sempat merasakan ketakutan atau terancam keselamatan jiwanya di saat Sudan sedang gawat-gawatnya akibat perang.
Apalagi seperti cerita sejumlah WNI yang mengaku bising dan ketakutan ketika mendengar tembakan atau bom, sehingga harus berlarian sembunyi. Juga, pusat perang menurut Nisak sangat berdekatan dengan asrama dia tinggal.
"Cerita teman saya yang saat perang masih tinggal di Sudan. Tembok asrama tempat kita tinggal waktu ada bom meledak, katanya sampai bergetar. Semua ketakutan, kalau malam lampu asrama dipadamkan," paparnya.
Kalau pun tidak merasakan situasi mencekam di Sudan, ternyata saat meletus perang, Nisak sedang tidak ada di Sudan. Dia bersama tujuh teman kuliah asal Indonesia sedang menunaikan umroh ke Makkah. Jadi, dia dan tujuh temannya itu hanya memantau dari berita saja.
Sebelumnya ia mengira seperti yang biasa terjadi. Hanya sebatas unjuk rasa karena sejak 2019 di Sudan sering terjadi unjuk rasa warga. Bahkan sudah terjadwal, minimal dua kali dalam seminggu, pasti ada unjuk rasa.
"Tidak tahunya perang. Rencana, hari ini (Rabu 3 Mei 2023) saya kembali ke Sudan. Bahkan saya sudah beli tiket," terangnya.
Tetapi, cerita Nisak kepada Ngopibareng.id, dia mendapat kabar dari KBRI untuk segera ke KBRI Saudi Arabia dan diminta untuk tidak kembali ke Sudan, diminta bersiap diri dipulangkan ke Indonesia.
"Jadi saya bertujuh dievakuasi pulang ke Indonesia dari Jeddah. Dan sampai rumah Lamongan kemarin sore," tuturnya.
Kepulangan Nisak dkk hanya membawa pakaian seadanya, sesuai dengan yang ia bawa saat pergi umroh. Adapun dokumen penting dititipkan teman mahasiswa lain. Contohnya akta kelahiran. Kalau ijazah disimpan di kampus. Sebelum lulus kuliah, ijazah tersebut tidak bisa diambil.
Belum Pernah Pulang
Nisak sangat bersyukur bisa kembali ke Indonesia dengan aman. Ia juga merasa senang karena bisa bertemu keluarga. Apalagi, masih bulan syawal, dalam suasana lebaran.
Kepulangannya kali ini juga terasa sangat istimewa lantaran selama kuliah di Sudan sama sekali belum pernah pulang. Hanya saja, ayahnya tidak di rumah. Masih bekerja di Malaysia.
"Saya sementara tidak tahu akan beraktivitas apa. Saya masih kangen dengan suasana kampung, " katanya.
Suasana di kampung atau di Indonesia beda jauh dengan di Sudan. Di sana sangat panas. Jarang ada tumbuhan. Awal menginjakkan kaki di Sudan sempat kaget dan nyaris tidak kuat. Tetapi, demi belajar, akhirnya lama-lama bisa beradaptasi.
"Awal-awal datang, banyak teman-teman sering pingsan karena kepanasan. Tapi, semuanya kalah dengan niat. Kita ingin belajar, " pungkasnya.
Diketahui, kepulangan Nisak ke rumahnya di Dusun Singkul, Desa Karangtawar, Kecamatan Laren, Lamongan, diantar BPBD Kabupaten Lamongan, dengan didampingi aparat teritorial Kodim 0812 Lamongan dan Kepala Desa Karangtawar.
"Alhamdulillah semua berjalan lancar. Ini berkat kerja sama semua pihak" ujar Kabid Kedaruratan BPBD Lamongan, Muslimin.