Mahasiswa Unusa Buat Aplikasi Untuk Diagnosis THT Awal
Empat mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mendesain sebuah aplikasi, yang bisa membantu dokter melakukan diagnosis awal THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan).
Mereka adalah Diaz Syafrie Abdillah, M Jauhan Farhad, Firda Nur Laila, dan Afira Febriani Wijaya. Keempatnya merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unusa semester 7.
Diaz Syafrie Abdillah sebagai Ketua Tim Karya Ilmiah mengatakan, aplikasi Quick Respon Mobile (QRM) dengan metode artificial intellegence (AI), 'menghemat' waktu antara pasien THT dengan dokter. Sehingga menjadi salah satu sarana komunikasi baru antara dokter dan pasien.
“Dengan aplikasi QRM, pasien bisa melakukan input data tentang gejala yang dideritanya. Sedangkan metode AI yang merupakan kecerdasan buatan, mampu memproses input data pasien menjadi diagnosis awal gejala THT. Yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai langkah awal untuk membantu dokter dalam pemeriksaan,” jelas Diaz, saat jumpa pers di Tower Unusa Kampus B lantai 8, Jalan Jemursari, Surabaya, Rabu 13 November 2019.
Setiap orang yang menggunakan aplikasi ini, lanjut Diaz, bisa memilih gejala apa yang dirasakan berkaitan dengan THT. Setelah itu akan muncul diagnosa dari gejala tersebut, disertai dengan ajuran pengobatan, serta edukasi mengenai diagnosanya.
"Aplikasi ini memang diperuntukan untuk anamnesis pasien. Yaitu dugaan awal lewat gejala dan wawancara antara pasien dengan dokter. Bukan diagnosis, karena kalau diagnosis harus melewati pemeriksaan fisik serta lab," terang Diaz kepada ngopibareng.id.
Untuk memasukan gejala dan diagnosis penyakit, kata Diaz, dalam aplikasi ini sudah melewati pengawasan dokter terkait.
Menurut Diaz, ide karya ilmiahnya tersebut masih akan terus dikembangkan, seperti fasilitas chat dengan pasien sebagai sarana komunikasi langsung. Fasilitas chat ini perlu admin yang juga memahami masalah kesehatan.
"Ke depannya kami akan melakukan aplikasi dengan RS. Agar dapat membantu dan mempercepat dokter untuk melalukan diagnosa," harapnya.
Tak hanya diinstal pada smartphone, aplikasi tersebut juga divisualkan dalam sebuah poster ilmiah. Hasilnya dua karya ilmiah dalam bentuk literatur review dan poster dengan judul yang sama berhasil menjuarai kompetisi nasional Holistic (Halu Oleo Scientific Competition) 2019.
Advertisement