Mahasiswa Untag Gelar Aksi Unjuk Rasa Tolak Rencana Kenaikan BBM
Puluhan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi menggelar aksi unjuk rasa menolak rencana penyesuaian harga BBM, Kamis, 1 September 2022. Aksi mahasiswa ini mendapatkan pengawalan ketat dari aparat Kepolisian.
Aksi unjuk rasa mahasiswa Untag Banyuwangi ini diawali dengan aksi long march dari Kampus Untag Banyuwangi di Jalan S. Parman Banyuwangi ke Simpang Empat DPRD Banyuwangi. Mereka melakukan orasi di kawasan simpang empat DPRD Banyuwangi.
“Pada siang hari ini kawan-kawan mahasiswa Untag turun ke jalan menyuarakan, menolak kenaikan harga BBM,” jelas Presiden Mahasiswa Untag Banyuwangi, M. Andri Hidayat.
Dalam aksinya, para mahasiswa ini juga membentangkan sejumlah poster bernada penolakan terhadap kenaikan BBM. Di antaranya, ‘BBM Melangit, Rakyat Menjerit’, ‘Tolak Kenaikan BBM bersubsidi’.
Andri menjelaskan, seluruh rakyat saat ini sudah mendengar kabar rencana penyesuaian harga BBM. Karena kabar tersebut sudah dilontarkan sejumlah Menteri. Seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dan beberapa Menteri lainnya.
“Ini memicu masyarakat panic buying. Sehingga sempat terjadi beberapa pom bensin mengalami antrean yang cukup panjang. Karena isunya hari ini, 1 September BBM utamanya yang bersubsidi akan dinaikkan,” tegasnya.
Saat melakukan orasi, mahasiswa Untag ini membentuk formasi lingkaran di tengah simpang empat DPRD Banyuwangi. Mereka sesekali menyanyikan lagu-lagu pergerakan untuk memompa semangat para peserta aksi.
Sebagai, perwakilan Mahasiswa untuk, menurut Andri dia dan teman-temannya yang melakukan aksi unjuk rasa bertekad menolak kenaikan BBM. Alasannya, kata Dia, kenaikan harga BBM ini akan berdampak yang berkelanjutan pada bahan-bahan pokok lainnya.
“Karena kita ketahui semua, BBM adalah kebutuhan primer. Otomatis segala bentuk yang membutuhkan BBM akan terdampak. Mulai sektor pertanian, industri, pariwisata dan sebagainya,” tegasnya.
Seharusnya, menurut Andri, saat ini Indonesia berada di fase untuk pemulihan ekonomi. Jika harga BBB dinaikkan, maka masyarakat yang hendak bangkit dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19 akan jatuh kembali ekonominya.
“Karena dibebankan kenaikan harga,” pungkasnya.