Mahasiswa Unesa Hadirkan Cerita Rakyat Dalam Busana Wedding
Desainer muda D3 Tata Busana, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya merancang busana wedding berkonsep modest fashion. Inspirasinya tidak biasa, berasal dari cerita rakyat. Busana rancangan mereka dipamerkan dalam Grandshow secara daring.
"Adapun tema besar kali ini adalah Alcarita, yakni penggabungan dari kata 'al' dan 'carita'," kata ketua pelaksana acara Oktafinna.
Oktafinna menjelaskan, Al berasal dari bahasa Arab, biasanya digunakan sebagai awalan. Sementara carita dalam bahasa Sansekerta berarti cerita atau kisah.
Para desainer ini dibagi dalam lima kelompok, yakni Alcarita of Swarnadwipa, Alcarita of Borneo, Alcarita of Celebes, Alcarita of Flobawara dan Alcarita of Pamalu. Masing-masing kelompok membawa nuansa warna yang beragam, mulai gold, putih, biru hingga coklat.
"Para desainer ini menerjemahkan cerita rakyat ke dalam siluet busana, stilasi ragam hias, dan manipulating fabric yang memberi kesan anggun serta modern," ungkap Oktafinna.
Menghadirkan bagian dari cerita rakyat dalam sebuah rancangan busana bukanlah hal yang mudah. Hal ini diungkapkan, Umy Hanik, perancang ball gown yang terinspirasi dari cerita rakyat Tampe Ruma Sani.
"Untuk warna gaun yang saya pilih adalah warna quetzal green dan dipadukan dengan warna nude. Sementara untuk ragam hiasnya saya memilih rebung atau kakando," ujar Umy, biasa ia disapa.
Lanjutnya, rebung dan kakando dipilih karena memiliki makna kesabaran dan keuletan dalam menghadapi tantangan.
"Kali ini, saya menerapkan manipulating fabric tucking, tasse, dan sedikit tambahan payet. Keunikannya terletak pada bagian rok, biasa disebut rok belimbing atau paneled circle skirt," paparnya.
Cerita rakyat yang dihadirkan dalam gaun pun beragam mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.