Mahasiswa Unair Gagas Sensor Saturasi Oksigen Untuk Pasien Isoman
Minimnya pengawasan saturasi oksigen pasien isolasi mandiri (Isoman) membuat empat mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR) menggagas sebuah sensor saturasi oksigen yang terintegrasi Internet of Things (IoT) dari bahan nanomaterial berupa lapisan tipis (thin film) material MXene.
Diva Meisya selaku ketua tim menjelaskan, kasus isoman dengan tingkat saturasinya yang tiba-tiba dibawah 90 persen tanpa gejala sesak napas menjadi concern utama dalam menciptakan inovasi tersebut.
“Sensor langsung terintegrasi ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat sehingga akan cepat memberikan pertolongan pertama pada pasien,” ucap Diva, Jumat, 6 Agustus 2021.
Sensor saturasi oksigen berperan sebagai telemedicine dan controlling. Diva menuturkan sensor yang tersusun dari lapisan Thin film MXene terangkai dengan alat elektronik berupa mikrokontroler dan wifi module berbentuk seperti cincin. Sensor yang dipasang di jari tangan akan mendeteksi saturasi oksigen dalam darah. Signal kemudian diterima oleh mikrokontroler untuk diteruskan ke database sehingga bisa diakses oleh user.
“Cara MXene mendeteksi saturasi oksigen, berdasar penelitian Khan et al, (2018) tiap pixel dari ROA terdiri atas Red OLED, NIR dan OPD yang masing-masing akan terkoneksi pada Analog Front End (AFE). Semua komponen tersebut terhubung pada mikrokontroler untuk kemudian diakses oleh user,” jelas Diva yang memiliki ketertarikan di bidang nanomedicine.
Berdasar penelitian Khan et al, (2018), lapisan MXene terdiri atas pixel yang tiap pixel dari ROA terdiri atas Red OLED, NIR, dan OPD yang masing-masing terkoneksi pada Analog Front End (AFE). Lebih detailnya, Red OLED, NIR dan OPD merupakan sinar yang memiliki gelombang tertentu yang nantinya mendapatkan data mengenai oksihemoglobin dan deoksihemoglobin.
“Semua komponen ini terhubung pada mikrokontroler sebagai penerima sinyal untuk diteruskan ke pengguna,” ujarnya.
Dalam waktu 15 hari pengerjaan laporan, keempat mahasiswa Program Studi Rekayasa Nanoteknologi 2020, yakni Diva Meisya Maulina Dewi, Agustina Oktafiani, Fajar Sukamto Putra, dan Zuhra Mumtazah, berhasil meraih Juara Kedua kategori Diagnostic/Supporting Tools pada lomba Idea Competition 'Innovation for Infectious Disease (I4I)’ tingkat international yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR.