Mahasiswa UK Petra Ubah Limbah Masker Jadi Furnitur Berdaya Guna
Mahasiswa UK Petra, Olivia Tantiono berhasil mengubah sampah masker menjadi dua barang berdaya guna, yakni stool (tempat duduk multifungsi yang bisa menjadi meja) dan lampu hias.
Ide ini berawal dari keresahan mahasiswa jurusan Interior Desain Produk saat melihat sampah masker yang setiap hari menumpuk di rumahnya.
"Setiap orang setidaknya berganti masker dua kali sehari, atau setiap empat jam sekali. Bisa dibayangkan berapa limbah masker untuk satu orang, bahkan untuk satu rumah banyak sekali. Dari situ saya berpikir mengubah sampah masker jadi furniture," kata Olivia, Rabu, 14 September 2022.
Seperti diketahui pandemi COVID-19 menimbulkan efek lain dalam kehidupan manusia, seperti meningkatnya sampah masker. Berdasarkan data rata-rata penggunaan masker oleh manusia sekitar 2,8 juta masker per menit.
Olivia menceritakan, sebelum menjadi barang yang berdaya guna, Olivia harus melalui serangkaian proses. Bahkan untuk menjaga keselamatan diri, Olivia melakukan observasi dengan mengikuti pelatihan pengelolaan sampah dan daur ulang masker bekas secara online.
Mahasiswi pemilik IPK 3,67 itu merinci, awalnya ia mengumpulkan masker bekas pakai dari keluarga, teman dan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Tak lupa ia juga memastikan bahwa orang tersebut dalam keadaan sehat sehingga tak membahayakan dirinya.
Setelahnya, Olivia mencuci masker bekas tersebut sesuai dengan arahan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia terkait pedoman Kelola limbah masker masyarakat menggunakan cairan desinfektan.
Baru kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering, setelah itu dapat diolah kembali. Setelah kering masker-masker tersebut digunting menjadi bagian kecil-kecil dan dipanaskan dengan setrika.
"Dipanaskan dengan setrika ini agar menjadi masker-masker yang sudah digunting leleh dan menjadi satu bagian. Setrika yang digunakan panasnya sekitar 120 sampai 160 derajat," ujar Olivia.
Proses menyetrika masker ini, menjadi salah satu bagian penting dalam pembuatan karyanya. Sebab, masker yang akan dilelehkan harus dilapisi kertas roti terlebih dahulu. Di samping itu juga harus ditekan kuat selama dua hingga tiga menit agar menyatu.
Olivia mengungkapkan, butuh waktu satu tahun lamannya untuk menemukan metode yang pas guna mengolah sampah masker tersebut.
"Saya sudah mencoba berbagai metode, kurang lebih 20 kali. Tetapi pada akhirnya untuk memperoleh hasil maksimal maka saya menggunakan teknik press heat dan material komposit lem serta serbuk masker," tambah gadis kelahiran Bondowoso ini.
Ke depan, Olivia masih ingin mengembangkan karyanya ini dengan berbagai macam media, seperti media besi atau lainnya. Untuk karyanya saat ini masih menggunakan media kayu.
"Mungkin ke depan masih mencari metode lain untuk di besi atau media lainnya, agar furniturnya lebih beragam," tandasnya.
Untuk diketahui, satu buah lampu hias membutuhkan 200 masker, sedangkan untuk kursi membutuhkan 800 masker. Adanya inovasi ini membantu mengurangi limbah masker yang ada di sekitarnya.
Advertisement