Mahasiswa UK Petra Gagas Fasilitas Terapi Bipolar Nuansa Alam
Minimnya layanan terapi bagi penderita bipolar membuat mahasiswa Universitas Kristen Petra (UK Petra), Ronaldo Fantoni terinspirasi merancang fasilitas terapi bernama 'The Djiwanta'.
"Saya prihatin terhadap isu kesehatan mental. Apalagi banyak penderita dari kalangan masyarakat produktif. Kurangnya respon masyarakat ini menyebabkan fasilitas terapi bipolar sangat minim," kata mahasiswa jurusan arsitektur ini.
Menurut Ronal, sapaan akrabnya, layanan di rumah sakit juga sebatas ruangan pemeriksaan yang kurang mendukung adanya terapi pengidap bipolar.
"Karena itu ini saya merancang konsep terapi bagi penderita bipolar dengan konsep nature dan healing," katanya.
Lanjut Ronal, konsep ini membuat penderita bipolar terasa tenang seperti di rumah sendiri. Karena penderita bipolar itu butuh ketenangan.
Diketahui, bipolar merupakan gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang dengan ditandai perubahan suasana hati (mood) yang sangat ekstrim. Tentunya, harus mendapatkan penangganan khusus dengan fasilitas terapi yang memadai.
Sayangnya, kata Ronal, penyakit mental ini di Indonesia belum mendapatkan perhatian atau bahkan kadang seseorang tak sadari kalau terkena bipolar. Padahal bila dibiarkan, gangguan mental ini akan membahayakan diri sendiri dan orang di sekitarnya.
"Saya sudah berkonsultasi dengan dokter jiwa, menurut beliau suasana alam itu akan menenangkan penderita, sehingga tentu akan mempercepat proses terapinya," kata Ronal.
Bangunan yang didominasi warna coklat ini menawarkan empat fasilitas unggulan untuk membantu proses terapi bagi penderita bipolar. Pertama, yaitu fasilitas keamanan dan kenyaman yang dibuat seperti berada di rumahnya sendiri.
Kemudian, kedua adalah fasilitas healing garden yaitu, pembangunan beberapa taman di tengah bangunan yang dapat memunculkan suasana tenang.
"Lalu, ada ruangan untuk memamerkan karya pengidap bipolar, serta ruang konsultasi. Kedua ruangan ini akan berkonsep seperti resort lengkap dengan suara air mengalir dan suasana taman yang menenangkan," katanya sambil menunjukkan prototipe bangunan yang dibuat.
Saat ditanya, apakah bagunan ini bisa diaplikasi di kota besar seperti Surabaya? Ronal mengatakan sangat bisa, hanya butuh tanah yang sangat luas untuk membuat taman sendiri di area tersebut.
"Bisa, tapi tanahnya harus luas untuk taman. Sebaiknya, di pinggir kota, suasananya lebih tenang," katanya.
Lanjut Ronal, nantinya fasilitas ini akan di wujudkan oleh Ronal dengan mengandeng komunitas Bipolar Care Indonesia. "Kita akan gandeng komunitas bipolar care Indonesia," katanya.