Mahasiswa Ubaya Ubah Ampas Tebu Jadi Suvenir Khas Indonesia
Mengelola limbah bisa dengan berbagai cara. Seperti yang dilakukan Wenny Friskillia mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya). Ia membuat ampas tebu menjadi suvenir yang mewakili keberagaman Indonesia.
Suvenir yang bisa dijadikan buah tangan khas Indonesia ini diberi nama 'Nebu'. Kata Nebu diambil ketika dirinya sedang proses menganyam tebu menjadi sebuah produk.
Ada lima macam suvenir khas Indonesia yang dibuat oleh Wenny. Semuanya merupakan permainan tradisional dari beberapa daerah. Yakni lompat batu dari Nias, Sumatera Utara; Geulayang Tunang (Layang Kleung) dari Banda Aceh; layang Kaghati dari Kendari; Kapal Jong dari Kepulauan Riau; dan Kapal Sandeq dari Mamuju, Sulawesi Barat.
"Souvenir Nebu ini dibuat dengan cara dianyam, setelah memisahkan bagas (sebutan untuk ampas tebu) tebu dengan kulitnya. Untuk suvenir yang diambil adalah kulit tebu dengan ketebalan 0,2 milimeter untuk dianyam," ungkap Wenny, Rabu, 8 Januari 2019.
Wenny mengatakan, ide awal pembuatan suvenir dari ampas tebu ini adalah ketika dirinya melihat ampas tebu yang hanya dibuang oleh para penjual es tebu yang biasa mangkal di pinggir jalan.
"Kalau dibiarkan lama ampas tebu pun akan berbau tak sedap. Dari sini saya berpikir untuk mengolah ampas tebu menjadi suvenir sekaligus edukasi tentang permainan daerah yang tidak banyak diketahui orang lain," ujar Wenny.
Proses pembuatan satu karya membutuhkan waktu selama dua hari. Proses awal pembuatannya dilakukan dengan mengeringkan ampas tebu terlebih dahulu di tempat teduh.
"Proses ini dilakukan untuk menghilangkan air dan bau tak sedap pada ampas. Setelah itu ampas yang tadinya berwarna hijau akan berubah warna warna menjadi warna putih gading," jelasnya.
Ampas tebu kemudian dipilih serta ditipiskan dengan alat potong sehingga memiliki ukuran tinggi dan ketebalan yang sama untuk dianyam.
Menurut Wenny, kesulitan dalam pembuatan suvenir dalam ampas tebu ialah membuat ketebalan kulit yang sama untuk dianyam.
"Sebab kalau terlalu ringan atau terlalu patah akan mudah patah kalau dianyam," imbuhnya.
Wenny akan memperkenalkan inovasinya ini ke masyarakat lebih luas, dengan mematok satu hasil karyanya seharga Rp250 ribu.