Mahasiswa UB Manfaatkan Limbah Cair Tahu Jadi Tas Melalui Fury Wars
Sejumlah mahasiswa Universitas Brawijaya merancang teknologi yang mampu mengolah limbah cair tahu. Teknologi itu diberi nama Fury Wars atau tofu industry wastewater recycling systems.
Teknologi itu mampu menetralisir limbah tahu yang akan dibuang. Selain itu, teknologi itu juga mampu merubah limbah cair tahu menjadi nata sehingga bisa menjadi bahan dasar aneka kerajinan.
"Fury Wars merupakan teknologi tepat guna yang mengelola limbah cair tahu yang masih mengandung kandungan asam cuka dan protein yang tinggi menjadi limbah cair yang aman untuk dibuang ke parit," kata Listy Laura, salah satu mahasiswa perancang teknologi itu.
Listy menjelaskan, alat itu menerapkan prinsip gravitasi. Limbah cair tahu yang masuk ke alat tersebut dibubuhi bakteri untuk menyehatkan limbah. Selain itu juga ditambahi oksigen untuk menyeimbangkan kadar pH limbah. Terakhir limbah itu disaring sehingga limbah cair menjadi lebih ramah lingkungan sebelum dibuang ke sungai.
Sementara jika mau dijadikan nata, limbah terlebih dahulu diberikan bakteri sebelum dimasukkan ke fury wars. Lalu nata itu dikeringkan dengan bentuk lembaran sehingga bisa dijadikan aneka kerajinan. Seperti tas, dompet dan kerajinan lainnya.
"Limbah yang telah diberi bakteri dan berubah menjadi nata ini selanjutkan akan kita keringkan. Nata kering yang berbentuk lembaran inilah yang kemudian siap diolah menjadi kerajinan seperti tas, dompet, tempat pensil dan sebagainya," jelas Listy.
Ada lima mahasiswa yang ikut merancang teknologi itu. Selain Listy Laura, juga ada Robert Antonius, Dewi Martha Ayu, Xavier Adli dan Raihan. Mereka mahasiswa di Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian di bawah bimbingan Angga Dhetta Shirajuddin selaku dosen di jurusan tersebut.
Sementara itu, Listy menilai, produsen tahu kerap membuang limbang cairnya tanpa diolah. Padahal itu berbahaya bagi kesehatan lingkungan.
"Jika dibuang langsung ke badan air karena tingginya kandungan BOD dan COD serta asamnya pH sehingga menimbulkan bau, mengurangi kadar oksigen dalam air dan meningkatkan kekeruhan air," jelasnya. (umr/amr)