Mahasiswa ITS Rancang Kandang Ayam Berbasis Internet of Things
Mahasiswa Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil merancang inovasi kandang ayam broiler berbasis Internet of Things (IoT).
Mereka adalah Faiq Sina Alfain dan Fikri Azrur Arif Maulana. Keduanya mahasiswa Fakultas Vokasi Departemen Teknik Mesin Industri.
Ketua Tim, Faiq Sina Alfian mengatakan, inovasi kandang ayam ini dilatarbelakangi tingginya konsumsi ayam broiler di Indonesia yang menyebabkan memenuhi kebutuhan pasar meningkat, sementara pemenuhan akan kebutuhan daging ayam broiler lambat.
"Lambatnya itu karena peternak masih memberikan makan dan minum ternaknya secara manual. Banyak peternak yang kurang mengetahui tentang perkembangan teknologi, khususnya di bidang industri peternakan," ujarnya, Selasa, 20 Oktober 2020.
Mahasiswa angkatan 2018 ini melanjutkan, alasan lain yang menjadi latar belakang ide ini muncul di antaranya adalah peternak yang harus mengeluarkan biaya lebih untuk menyewa pekerja.
Hal ini dilakukan guna membantu kebutuhan kandang seperti menyalakan lampu penghangat, kipas pendingin, dan menutup kandang saat turun hujan. Hal tersebut terjadi dikarenakan peternak di Indonesia dinilai masih banyak menggunakan sistem kandang tipe open house.
Mahasiswa yang kerap disapa Sina ini bersama rekannya merancang sebuah teknologi di bidang peternakan. Ide mereka ditulis dalam sebuah essay berjudul SCH.id: Rancang Bangun Sistem Kandang Cerdas Terintegrasi Internet of Things (IoT) untuk Peternakan Ayam Broiler Open House Guna Mewujudkan Revolusi Industri 4.0 dalam Menyongsong SDGs 2030.
"Sistem ini dapat merekayasa suhu kandang ayam tipe open house. Proses perancangan sistem SCH.id ini dilakukan dengan menggabungkan komponen-komponen elektronik seperti mikrokontroler, NodeMCU, solenoid valve, Real Time Clock (RTC), relay, motor servo dan sensor suhu. "Komponen-komponen tersebut digabungkan menjadi satu bagian," katanya.
Lanjut mahasiswa asal Lamongan itu memaparkan, proses kerja dari sistem SCH.id ini adalah menyambungkan aplikasi sebagai pengendali utama pada sistem dengan bantuan jaringan Wi-Fi. Setelah tersambung, sensor suhu akan mengirimkan data pada aplikasi kepada pengguna untuk mengontrol suhu kandang, memberi makan dan minum sesuai jadwal, serta menutup kandang saat turun hujan.
"Kami menilai sistem ini cukup efektif karena mampu merekayasa kandang ayam broiler open house menjadi kandang yang mudah untuk dimonitoring. Oleh karena itu, dengan sistem tersebut produktivitas komoditas ayam broiler akan meningkat walaupun menggunakan sistem kandang open house," ujar Sina.
Ia berharap, rancangan inovasi buatan timnya ini dapat dikembangkan. Tidak hanya itu, ia juga ingin sistem kandang open house cerdas ini bisa diterapkan oleh semua peternak di Indonesia. "Dengan begitu, peternak dapat meningkatkan produktivitas komoditas ayam broiler dengan menekan biaya operasional perawatan yang lebih rendah," katanya.
Melalui idenya tersebut, mereka telah berhasil meraih juara kedua dalam Fosmapet Essay Competition 2020. Perlombaan yang diadakan pada pertengahan Agustus 2020 lalu itu.