Mahasiswa Rancang Alat Kelola Limbah Batik
Tidak bisa dipungkiri limbah kimia hasil pewarnaan induatri batik berbahaya bagi lingkungan. Pengelolaan ini yang masih menjadi masalah bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Guna membantu para pengrajin batik, mahasiswa Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan alat pengolah limbah batik untuk UMKM tersebut.
Alat ini resmi diluncurkan prototipenya kepada UMKM San Ros Batik, akhir bulan lalu. Alat ini merupakan karya kelompok tiga kuliah lapangan berbasis pengabdian masyarakat yang diadakan Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITS.
"Penggunaan pewarna tekstil sintetis dan proses lainnya seperti proses penghilangan lilin, perendaman serta pembilasan akan menghasilkan zat-zat sisa seperti ceceran sisa lilin hingga sisa air pewarnaan. Zat sisa tersebut menghasilkan limbah residu pewarna reaktif dan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan," ujar Aditya Mardiansyah selaku ketua kelompok.
Kata Ardi, pengolahan limbah diperlukan sebelum zat tersebut dibuang begitu saja ke lingkungan sekitar. Karena bila dibuang sembarang akan menyebabkan lingkungan sekitar tercemar
“Pernah terjadi pohon pepaya yang tidak sengaja tersirami air limbah batik rasa buahnya akan berubah pahit. Padahal, sebelumnya rasa buahnya tidak demikian," katanya.
Ardi dan kawan-kawannya kemudian merancang alat pengolah limbah batik yang mudah digunakan oleh pengrajin batik UMKM.
"Rancangan yang kami buat menggunakan metode elektrodegradasi, yaitu perlakuan terhadap polutan yang dapat memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana," kata Ardi.
Cara kerja alat ini, ialah memecah senyawa kompleks dalam limbah menjadi senyawa sederhana yaitu H2O (air) dan CO2 (karbon dioksida) yang sudah aman jika dibuang langsung ke lingkungan.
Menurut Ardi, cara menggunakan alat ini juga mudah. Pengguna, hanya perlu menyambungkan alat dengan listrik kemudian limbah dapat langsung dituang ke dalam tabung akrilik. Setelahnya elektroda dalam alat akan bekerja mendegradasi limbah.
Alat yang dirancang selama dua bulan empat hari tersebut saat merangkainya ini diklaim memiliki banyak keuntungan dengan menggunakan teknologi elektrolisis, dibandingkan dengan teknologi lainnya. Metode ini dinilai kompatibel terhadap lingkungan, efisien energi, aman, dan biayanya terjangkau, sehingga dinilai pas untuk digunakan para pelaku UMKM.
"Lamanya pengolahan bervariasi, tergantung banyaknya limbah yang dituang. Paling cepat 2-3 jam, kalau banyak bisa ditinggal semalaman,” kata pemuda asal Malang ini.
Ardi berharap kreasinya ini dapat membantu UMKM dalam proses usaha mereka dan dapat memberikan kontribusi untuk menjaga lingkungan.
“Ini masih prototipe, kami harap ke depannya alat ini dapat disempurnakan lagi,” katanya.
Advertisement