Mahasiswa Petra, Desain Busana Gabungkan Budaya Indonesia-Afrika
Bermula dari kegemarannya bermain game abad pertengahan, Auke Kurnia Septianingrum Azalya, desainer muda Universitas Kristen (UK) Petra terinspirasi membuat desain baju bernuansa Indonesia Heritage dengan judul Sustainable Dysto-Tenun War.
“Saya mencoba pakaian dari game itu dicampurkan dengan kain tekstil tenun yang berasal dari NTT," ungkap mahasiswi angkatan 2019 itu.
Auke biasa ia disapa mengungkapkan, busananya ini didesain untuk acara formal, bisa juga digunakan untuk pesta. Suasananya meriah memunculkan sisi etnik dari indonesia itu sendiri yaitu kain tenun.
Uniknya selain menggunakan teknik creative fabric atau anyaman, Auke menambahkan unsur sustainable.
”Syal yang saya pakai bekas. Tak hanya itu kain tenunnya merupakan bekas taplak meja. Ditambah lagi outer kain hitam yang saya pakai merupakan baju yang dulu tidak jadi saya gunakan. Sehingga saya bisa mengurangi sampah tekstil.”, ungkap Auke.
Selain memunculkan unsur etnik, dalam busana karya Ouke itu juga terdapat unsur budaya Afrika dari penutup kepala yang digunakan.
"Penutup kepala diambil dari tradional Afrika. Jadi ada campuran Indonesia dan Afrika, hiasan kepala terbuat dari kain koas yang tidak digunakan," paparnya.
Sementara untuk warna, Ouke memilih warna gelap seperti, abu, hitam dan merah bata. Warna-warna tersebut sengaja dipilih untuk mengambarkan masa silam.
Karya ini juga diikutkan kompetisi ini bahkan hingga memperoleh gelar juara sebab ia bisa mendapatkan sumber inspirasi dari peserta lain.
“Saya membutuhkan waktu desain kurang lebih dua minggu kemudian proses penjahitannya memakan waktu kurang lebih 1 bulan. Pembagian waktu dan sempat berubah ide yang menjadi kendalaku," ungkap Auke.
Diketahui, busana karya Tiffany ini mendapatkan gelar juara lima pada ajang Surabaya Fashion Designer Award 2020.