Mahasiswa Papua Surabaya Demonstrasi di Depan Polda Jatim
Puluhan mahasiswa asal Papua melakukan aksi demo di depan Polda Jatim, di Surabaya, Senin 31 Mei 2021. Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-728, sedikitnya 25 mahasiswa ikut dalam aksi tersebut. Aksi itu dimulai sejak pukul 07.15 pagi dengan berbagai orasi yang disampaikan oleh beberapa orator.
Aksi yang dilakukan di Senin pagi itu membuat jalan Ahmad Yani jalur arah Kota Surabaya menjadi padat merayap. Kepadatan sudah terlihat beberapa ratus meter sebelum bundaran Dolog/Bulog. Meski padat, ratusan personel kepolisian sudah berjaga untuk mengantisipasi kemacetan dan hal-hal lainnya.
Juru bicara aksi, Yeri, mengatakan, aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas mereka untuk tanah Papua. Mereka ingin kasus rasisme yang terjadi kepada orang Papua di Indonesia khususnya di Kota Surabaya dihentikan.
Selain itu, mereka juga menuntut pembebasan para aktivis Papua, khususnya aktivis Komite Nasional Papua Barat, yang ditangkap dan ditahan oleh pihak penegak hukum. Dalam aksi itu para mahasiswa Papua juga menyuarakan masalah kemerdekaan Papua Barat. "Free West Papua!,” kata Yeri dan para massa aksi.
Menurutnya, dalam data yang mereka miliki menunjukan per tanggal 28 Januari 2020, sudah ada 109 tahanan politik (TAPOL) Papua yang masih mendekam di penjara. Kemudian pada 3 Maret 2021 Roland Levy dan Kelvin Molama ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan pengeroyokan dan perampasan barang yang tak mereka lakukan.
“Lalu ada penangkapan juru bicara KNPB Victor Yeimo pada 9 Mei 2021 yang dijerat pasal makar oleh Pemerintah Indonesia. Lalu diikuti dengan penangkapan 20 aktivis KNPB oleh Satgas Nemangkawi pada 11 Mei 2021 saat membagikan selebaran. Mereka dituduh terlibat denga Victor Yeimo. Hal tersebut menujukan pemerintah Indonesia gagal dalam memberikan keadilan sosial, kesejahteraan dan kedaulatan di wilayahnya,” katanya.
Sedangkan, Kabag Ops Polrestabes Surabaya AKBP Anton Elfrino Trisanto mengatakan, dalam aksi demo yang dilakukan AMP Surabaya di depan Polda Jatim itu sudah dilakukan pengamanan. Total ada 600-an personel gabungan dari Polrestabes Surabaya dan Polda Jatim yang disiagakan. Mereka disebar di titik-titik penting untuk menjaga keamanan dan kemacetan.
Selain itu, Anton menuturkan jika pihaknya akan lakukan penggalangan dan pandekatan kepada mahasiswa Papua di Surabaya untuk terus belajar dengan baik. Sehingga akan tercipta suasana yang adem dan ayem. “Kami sudah mengawal kawan adik-adik AMP ini sejak dari asrama mereka hingga ke sini. Yang terpenting aksi ini berlangsung damai dan aman,” kata Anton.
Ia juga menuturkan, dalam pandemi Covid-19 yang belum mereda di Kota Surabaya, ia mengimbau kepada seluruh warga masyarakat, khususnya mahasiwa, jika ingin menyampaikan aspirasi hindari melakukan aksi demo. Sebab itu akan memicu orang berkumpul. Dikhawatirkan akan menjadi klaster baru Covid-19.
“Kami berharap kawan-kawan bisa sampaikan aspirasi dengan cara yang lain. Ini kita semua masih dalam pandemi. Kalau ada kerumunan ditakutkan akan memicu penularan baru,” katanya.
Sementara dalam aksi itu, mahasiswa menyampaikan sejumlah tuntutan. Antara lain menghentikan operasi militer di Nduga, Intan Jaya, dan Puncak Jaya, meminta agar segera dibuka ruang demokrasi bagi rakyat dan bangsa Papua, menolak otonomi khusus jilid II di Papua, membebaskan seluruh tahanan politik aktivis Papua Barat, membebaskan Victor Yeimo, Roland Levy, dan Kelvin Molama serta 19 orang rakyat Papua yang ditahan, menolak pelabelan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) sebagai organisasi teroris, menarik tim gabungan TNI-Polri organik dan non-organik dari tanah Papua Barat, mengusut tuntas dan adili pelaku pelanggaran HAM di Papua, menutup Freeport, British Petroleum, LNG Tangguh, MNC, dan yang lainnya yang merupakan dalang kejahatan kemanusiaan di atas tanah Papua Barat.
Demonstran juga menuntut agar dibuka akses jurnalis nasional dan internasional di seluruh tanah Papua Barat, serta meminta hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi banga Papua Barat.
Advertisement