Mahasiswa ITS Teliti Ampas Tebu untuk Cegah Bahaya Merkuri
Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melakukan sebuah penelitian untuk mencegah bahaya merkuri dengan memanfaatkan ampas tebu.
Ketiga mahasiswa dari Departemen Kimia tersebut adalah Vicario Baroroh, Irmariza Shafitri Caralin, dan Alvin Rahmad Widyanto. Mereka melakukan penelitian dengan menggunakan metode biosorben di bawah bimbingan Endang Purwanti.
Biosorben merupakan bahan yang memiliki pori-pori banyak. Sehingga proses adsorpsi (kondisi di mana sesuatu memasuki zat lain) dapat berlangsung pada dinding pori atau pada daerah tertentu di dalam partikel itu.
Ketua tim penelitian, Vicario Baroroh mengaku, memilih metode biosorben karena dapat mengurangi kadar bahaya merkuri hingga 92 persen. Bahkan setelah kadar berkurang, merkuri masih bisa digunakan untuk memurnikan emas.
"Karena metode ini (biosorben) penggunaannya efektif hingga 100 kali pemurnian," ucap mahasiswa yang akrab disapa Roroh ini, Rabu, 2 Januari 2019.
Untuk proses pengujiannya, Roroh menjelaskan, jika ia dan timnya menggunakan karbon aktif dari ampas tebu yang telah diaktivasi oleh larutan natrium hidroksida dan hidrogen klorida. Dari hasil aktivasi ini dilanjutkan dengan adsorpsi logam merkuri.
Hal itu bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas adsorpsi dan isoterm, yaitu nilai perubahan keadaan gas pada suhu yang tetap.
Berdasarkan hasil pengujian, perlakuan aktivasi ternyata memberikan perubahan ukuran pada adsorben (zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida) yang semula berukuran besar menjadi lebih kecil dan selektif.
"Ukuran kecil inilah yang membantu meningkatkan kapasitas adsorpsi terhadap merkuri," jelasnya.
Menurut Roroh, pemilihan ampas tebu sebagai bahan karbon aktif bukan tanpa alasan. Menurutnya, kandungan selulosa yang ada di ampas tebu lebih tinggi dibandingkan dengan sekam padi maupun jerami.
Dengan kandungan selulosa yang tinggi, maka akan berdampak pula pada kapasitas adsorpsi merkuri yang tinggi.
"Pemilihan ampas tebu ini juga didasari oleh keberadaannya yang mudah dijumpai di masyarakat," kata Roroh.
Dari hasil penelitian itu, Roroh bersama dua rekannya berhasil meraih juara pertama di ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Cosmos di Universitas Diponegoro. (amm)
Advertisement