Mahasiswa ITS Rancang RS Container, Antisipasi Pasien Membludak
Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bernama Tiksna Falcata Team berhasil merancan Bangun "Integrated Smart and Sustainable Container Hospital" sebagai fasilitas karantina pasien Covid-19,
Tim yang berasal dari Departemen Teknik Fisika angkatan 2017 ini beranggotakan Robert Ciputra Hermantara, Handy Suryowicaksono, Syaharussajali, Akbar Anugrah Putra, Aulia Rayimas Tinkar dan Bagas Hani Pradipta.
Ide tercetus dari permasalahan bertambahnya jumlah orang yang terjangkit virus Covid-19. Hal ini menyebabkan rumah sakit maupun fasilitas kesehatan mengalami kelebihan kapasitas.
Robert Ciputra Hermantara selaku ketua tim mengatakan, di dalam RS Container ini terdapat fitur untuk ruang isolasi dan juga pembatasan fisik di dalamnya yang tentunya sudah disesuaikan dengan standar dan protokol kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI dan WHO, sehingga aman untuk digunakan sebagai fasilitas karantina.
“Maka harapannya rumah sakit kontainer cerdas ini dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada,” imbuhnya.
Rancangan rumah sakit kontainer ini mempunyai desain rumah sakit berkapasitas 25 kontainer, dengan masing-masing kontainer terdiri dari dua ruang kamar pasien beserta toilet masing-masing, dan satu control room untuk tenaga medis memonitor kondisi pasien dan bangunan kontainer.
Robert menjelaskan, adanya Human Machine Interface (HMI) yang ada di control room berfungsi bagi tenaga medis atau operator terkait untuk dapat melakukan pengendalian dan monitoring kondisi bangunan kontainer baik temperatur, kelembaban, pencahayaan, penggunaan energi, maupun monitoring kondisi pasien.
“Selain di ruang kontrol, pihak rumah sakit dapat melakukan monitoring kondisi bangunan dan info pasien melalui aplikasi yang dihubungkan secara langsung dengan gawai terkait.” papar mahasiswa yang juga menjadi anggota Tim Barunastra ITS ini.
Tak hanya itu, Robert juga menjelaskan kelebihan dari container hospital. Yakni rancangan ini lebih concern ke pembatasan fisik dengan penggunaan isolation box dalam kamar pasien dan teknologi smart system yang mengandalkan sensor dan alat medis yang dipasang baik pada pasien maupun bangunan kontainer.
“Sehingga cukup mudah dalam melakukan pengawasan dan penanganan pasien melalui control room maupun aplikasi di gawai,” ungkapnya.
Namun Robert menyebutkan, ada beberapa kendala saat merancang container hospital ini. Salah satunya, tim sulit untuk berkomunikasi dan hanya mengandalkan aplikasi konferensi video saja karena kondisi pandemi saat ini. Untungnya, ada beberapa anggota yang kebetulan sedang di Surabaya dan bisa berkoordinasi secara langsung.
Untuk mengatasinya, lanjut Robert, timnya menerapkan sistem kerja yang terjadwal dan terbagi tiap minggunya. Selain itu juga dievaluasi tiap minggu. Jadi semacam logbook, sehingga semua anggota tim mengerti dan dapat melihat jobdesk apa saja yang akan dilakukan di minggu tersebut. Timnya juga melakukan evaluasi untuk memantapkan rancangan.
Rancangan RS Countainer ini juga berhasil membawa pulang Gold Medal pada kategori Physics and Engineering di ajang Young National Scientist Fair (YNSF) 2020.