Mahasiswa ITS Rancang Pengurangan Risiko Bencana untuk Pabrik CS2
Dua mahasiswa Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Mabrur Zanata dan Amalia Sabrina, merumuskan rekomendasi pengurangan dampak bencana, dari adanya pembangunan unit produksi karbon disulfida (CS2). Upaya yang dilakukan ialah preventif, mitigasi, dan evakuasi.
Mabrur mengatakan bahwa CS2 merupakan salah satu senyawa yang penting dan banyak digunakan dalam industri.
“Produk-produk manufaktur seperti karbon tetraklorida, kertas cellophane, kain rayon, hingga pupuk merupakan hasil olahan dari senyawa ini,” ungkapnya.
Di balik manfaat senyawa tersebut, lanjut Mabrur, bisa juga mengakibatkan bencana industri yang masif karena sifatnya yang beracun, mudah terbakar, mudah menguap, dan tidak berwarna.
Melihat banyaknya potensi bencana yang ditimbulkan dari senyawa ini, menurut Mabrur, perlu adanya peninjauan yang sangat mendalam sebelum akhirnya membangun unit produksi CS2.
"Analisis yang dilakukan ada tiga yaitu analisis dispersi, ledakan, dan kebakaran. Analisis dispersi dilakukan untuk menghitung konsentrasi senyawa yang menguap ke udara," terangnya.
Sedangkan analisis ledakan dan kebakaran, sambung Mabrur, dilakukan untuk memperkirakan potensi kerusakan ketika uap dari CS2 ini terkena panas yang dapat memicu ledakan dan kebakaran.
Ketiga analisis tersebut, disebut Mabrur, berguna untuk mengurangi kecelakaan kerja di dalam unit produksi dan meminimalkan dampak pada lingkungan di sekitar unit produksi CS2 yang baru.
"Karena zat ini mudah menguap, tentu daerah terdampaknya sangat dipengaruhi oleh arah dan kecepatan mata anginnya. Sehingga pada analisis yang mereka lakukan, digunakan dua arah dan dua besaran kecepatan angin yang berbeda," sambung dia.
“Kami memakai variabel arah mata angin yakni arah timur dan barat, serta kecepatan angin yang kami gunakan pada analisis yaitu sebesar dua dan lima meter per detik,” lanjut mahasiswa asal Bogor ini.
Dengan memperkirakan kemungkinan paling buruk ditemukan bahwa daerah sekitar pembangunan unit produksi CS2 baru, dikategorikan sebagai red zone atau sangat berpotensi terkena dampak dispersi, ledakan, dan kebakaran.
"Hal ini disebabkan karena daerah sekitar unit produksi CS2 berpotensi terkena dispersi dengan konsentrasi sebesar 500 ppm, potensi ledakan mencapai 85 ribu pascal, dan radiasi panas mencapai 10 kilowatt per meter persegi. Hasil analisis tersebut kemudian dimasukkan ke dalam software MARPLOT untuk divisualisasikan dalam bentuk peta," beber Mabrur.
Untuk kemungkinan terburuk yang dapat terjadi akibat pembangunan unit produksi CS2 adalah kualitas udara sangat tidak sehat bagi manusia, dan jika terkena panas akan menyebabkan ledakan yang masif dan bahkan mampu meluluhlantakkan daerah sekitar unit produksi CS2.
Setelah mengetahui potensi kerusakan yang ditimbulkan, Mabrur dan Amalia merumuskan tiga upaya untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi. "Ada tindak preventif berupa pembangunan sistem keamanan berlapis dan tindakan evakuasi," timpal Amalia.
Advertisement