Mahasiswa ITS Rancang Bangunan Tahan Gempa Bahan Dasar Kayu
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkenalkan teknik membuat bangunan tahan gempa. Mereka pun sudah mencoba teori tersebut dalam bentuk skala kecilnya.
Para mahasiswa pengembang teknik tersebut adalah Alexander Alvin Gunawan, M Luqman Figo, dan Al Hafiz Akbar. Inovasi tersebut dibuat sebagai mitigasi atau upaya untuk mengurangi dampak bencana.
“Indonesia memiliki wilayah geografis yang rawan akan bencana gempa. Hal ini menuntut para insinyur membuat bangunan yang kokoh gempa,” kata ketua tim, Alexander Alvin Gunawan, Minggu, 18 Desember 2022.
Hal tersebut, kata Alexander, dibuktikan dengan catatan sejak tahun 2018, puluhan ribu fasilitas umum, rumah, dan nyawa manusia hilang akibat dampak gempa di Indonesia.
“Oleh karena itu kami merancang bangunan tahan gempa dengan kemampuan daktilitas sebagai struktur utama,” jelasnya.
Dikutip dari Wikipedia, daktilitas adalah kemampuan gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa
Alexander mengungkapkan, daktilitas secara sederhana dapat disebut sebagai kemampuan struktur bangunan yang meregang saat menerima beban maksimumnya sebelum akhirnya runtuh.
“Semakin tinggi kemampuan daktilitas struktur maka semakin baik bangunan tersebut dalam menyerap energi gempa,” ujarnya.
Dengan demikian, sebuah bangunan memiliki waktu lebih lama untuk runtuh sepenuhnya akibat gempa. Dampaknya, para penghuni yang ada di dalam memiliki waktu lebih untuk keluar gedung.
“Untuk mencapai daktilitas yang tinggi, kami menggunakan kayu sebagai material bangunannya,” ucap Alexander.
Bahan kayu digunakan karena mudah didapat dan memiliki kemampuan daktilitas dibandingkan beton. Selain itu, kayu merupakan material ringan, dan berat total struktur menjadi semakin ringan.
“Dengan itu, gaya gempa yang diterima oleh struktur menjadi lebih kecil,” sambung Alexander.
Lebih lanjut, menurut Alexander, bangunan yang kokoh wajib memiliki struktur yang sederhana, simetris, dan kompak. Di sisi lain, distribusi massa, kekakuan, dan kekuatan diusahakan seragam dan terus menerus.
“Dengan mengikuti hal tersebut, tim kami merancang bangunan menggunakan struktur dengan bracing yang berbentuk V terbalik atau inverted V,” jelasnya.
Bracing merupakan pengaku atau pengikat pada struktur yang dapat mendukung untuk menahan beban struktur. Hal itu dipilih karena termasuk struktur sederhana, tetapi dapat menahan beban dengan baik.
Mahasiswa Teknik Sipil tersebut juga telah membuktikannya sendiri bahwa bracing inverted V memiliki ketahanan terbaik terhadap beban dari berbagai macam bentuk bracing yang ada.
“Kami membuat prototype bangunan 11 lantai dan berhasil menahan beban 1,2 kilogram setiap dua lantai saat pengujian beban bangunan,” tutupnya.