Mahasiswa ITS Manfaatkan Kulit Pisang untuk Pengolahan Limbah
Hingga kini, pencemaran lingkungan akibat pengolahan limbah yang tidak benar masih menjadi permasalahan serius bagi pemerintah maupun masyarakat perkotaan. Menilik hal itu, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dari Departemen Teknik Elektro mencoba memberikan solusi pengolahan limbah dengan menggunakan kulit pisang dan eceng gondok.
Ketiga mahasiswa itu adalah Rizki Wahyu Ismadani, Arvianto Nugroho, dan Fahmi Riza Pahlevi. Dalam pengolahan limbah ini, mereka memilih menggunakan metode Musasi.
"Metode ini merupakan gabungan kedua nama ilmiah bahan-bahan itu, yakni Musa paradisiaca dan Eichhornia crassipes," jelas salah satu anggota tim, Rizki, Kamis, 27 Desember 2018.
Rizki juga menjelaskan, jika ide tersebut berangkat dari keprihatinan terhadap pelaku industri yang masih sering membuang limbah ke sungai tanpa proses pengolahan yang baik. Padahal, air sungai merupakan salah satu sumber air utama yang kemudian diolah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.
"Ini bahaya jika dibiarkan, karena itu, fokus kami adalah pada limbah cair industri logam yang membawa dampak buruk jika sampai dikonsumsi oleh manusia," jelas mahasiswa angkatan 2017 ini.
Eceng gondok dipilih karena dapat menyerap warna dan bau dari limbah industri logam. Selain itu, tanaman tersebut juga dapat menyerap logam berat dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada air keruh. Faktor-faktor inilah yang dimanfaatkan Rizki dan timnya sebagai media penyaringan.
Sedangakan untuk penggunaan kulit pisang menjadi hal baru pada metode ini. Mahasiswa asal Mojokerto itu mengatakan, jika kulit pisang ternyata dapat dimanfaatkan untuk menyerap logam berat secara maksimal.
"Sebab kulit pisang terdiri dari atom nitrogen, sulfur, dan bahan-bahan organik seperti asam carboxylic yang dapat mengikat logam dalam air," papar Rizki.
Tak hanya dapat dimanfaatkan sebagai penyaring, eceng gondok dan kulit pisang pun dapat digunakan untuk menunjang penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Rizki menuturkan, antara dua kolam yang berisi eceng gondok dan kulit pisang itu dipisahkan oleh sistem PLTMH.
Sistem PLTMH ini terdiri dari turbin berjenis vortex, yang berguna untuk menghasilkan energi listrik yang berasal dari gerak. “Alhasil, daya listrik yang dikeluarkan dapat mencapai 30 kW hingga 50 kW," tambahnya.
Gagasan dalam pengembangan konsep industri ramah lingkungan ini pun meraih juara kedua pada ajang Environation 2018 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian (FTSLK) ITS, beberapa waktu lalu. (amm)
Advertisement