Mahasiswa ITS Bikin Aplikasi Bercocok Tanam Lahan Sempit
Bercocok taman saat ini banyak dipilih masyarakat saat pandemi karena ada imbauan di rumah saja. Melihat hal tersebut mahasiwa ITS angkatan 2018 membuat inovasi yang bernama My Tanaman sebagai solusi pengolahan lahan di masyarakat.
Mereka adalah Awang Ivananto Adi, Muhammad Luthfi, dan Tiara Bening Salsabila. Ide ini berawal dari masalah lahan di perkotaan yang sempit untuk bercocok tanam. Sedangkan satu sisi, minat masyarakat tinggi untuk bercocok tanam.
Awang selaku ketua tim menjelaskan, My Tanaman merupakan aplikasi yang berbasis Wireless Sensor Network. Nantinya aplikasi tersebut dapat berhubungan langsung dengan database dan modul perangkat yang tertanam pada box ruang tanam.
“My Tanaman adalah sebuah box yang berfungsi sebagai ruang tanam yang didesain untuk dapat mengontrol kondisinya agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman,” ujarnya.
Sementra, Tiara Bening Salsabila, salah satu anggota tim menambahkan bahwa timnya lebih dahulu meninjau kondisi alam.
“Kondisi ruang tanam dimanipulasi sehingga cocok digunakan untuk membudidayakan sayur-sayuran di luar habitat asli dari tumbuhan tersebut,” terang mahasiswi yang kerap disapa Bening ini.
My Tanaman menawarkan teknologi dan aplikasi yang terintegrasi dalam satu sistem. Selain menciptakan ruang tanam dengan teknik indoor planting, My Tanaman didesain menggunakan material yang aman bagi tumbuhan.
Lanjutnya, My Tanaman juga didesain sedemikian sebaik mungkin untuk mengontrol kondisi di ruang tanam hanya dengan menggunakan smartphone.
Aplikasi ini memiliki fitur-fitur berupa data sensor yang dibaca secara real time dengan delay tertentu. Indikator yang digunakan meliputi suhu, kelembapan, pencahayaan, dan sebagainya yang berhubungan dengan monitor kondisi ruang tanam.
Tak hanya itu, Bening juga menjelaskan keunikan dari aplikasi ini. Yaitu, dalam satu aplikasi tidak hanya bisa memonitor dan mengontrol satu kotak saja, melainkan hingga empat kotak ruang tanam. Juga setiap kotak tidak harus menggunakan user yang sama, melainkan dapat diakses oleh pengguna lain, sehingga mempermudah pekerjaan.
“Analogikan seperti dalam satu perumahan terdapat 12 box dengan tiga pengguna aplikasi, mereka bisa saling koordinasi dengan berganti shift untuk memonitor dan mengontrol kondisi dalam ruang tanam agar tetap stabil sehingga dapat menghasilkan sayuran seperti yang diharapkan,” paparnya.
Ia berharap agar ke depannya aplikasi ini bisa dikembangkan dan diperbaiki sedemikian rupa. Sehingga My Tanaman bisa digunakan dengan nyaman dan bermanfaat bagi masyarakat, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Diketahui, inovasi My Tanaman ini mendapatkan emas pada ajang the 6th Southeast Asian Agricultural Engineering Student 2020 yang digelar oleh Universitas Brawijaya bersama dengan Malaysian Society of Agricultural and Food Engineers (MSAE).