Mahasiswa ITS Ciptakan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Beberapa wilayah di Indonesia saat ini masih mengalami krisis energi listrik, terutama bagi masyarakat yang tinggal di pulau-pulau tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Kondisi ini menggerakan empat mahasiswa dari Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk mengonsep suatu pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang diberi nama Indonesia Tidal Power (INTIP).
Keempatnya adalah Ghufron Fawaid, Muhammad Rifky Abdul Fattah, Pinanggih Rahayu dan Aniq Jazilatur. Alasan mendasar yang melatari ide konsep tersebut dikarenakan kebutuhan energi listrik nasional yang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
“Kebutuhan ini tidak mampu terpenuhi dengan pembangkit listrik yang ada sekarang,” ujar Muhammad Rifky Abdul Fattah, Kamis, 4 Januari 2018.
Menurut mahasiswa yang juga nyantri di Pesantren Mahasiswa Darussalam Keputih ini, Indonesia harus lebih jeli dalam memanfaatkan potensi energinya. “Sebagai negara kepulauan, gelombang laut Indonesia memiliki potensi energi yang sangat besar. Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal,” tuturnya.
Abdul mengatakan, energi gelombang laut berpotensi memegang peran strategis dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional. Rasio elektrifikasi adalah perbandingan jumlah daerah yang telah dialiri listrik dengan keseluruhan wilayah.
“Dengan memanfaatkan gelombang laut sebagai pembangkit listrik, pulau terpencil di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar dapat turut mendapatkan akses listrik. Dampaknya, rasio elektrifikasi nasional akan merambat naik,” paparnya lagi.
Mahasiswa asal Kalimantan ini melanjutkan, salah satu teknologi pembangkit energi listrik tenaga ombak yang paling banyak diminati adalah Oscilating Water Column.
”Pengaplikasian alat ini diletakkan di pesisir laut dan sangat cocok digunakan sebagai pembangkit listrik di pesisir pulau daerah 3T tersebut,” ujarnya.
Sayangnya, Oscilating Water Column memiliki tingkat efisiensi yang masih rendah karena suplai udara ke generator tidak kontinyu. Dalam hal ini, Abdul dan tim membuat inovasi pembangkit listrik sistem kombinasi tenaga gelombang laut tipe Oscilating Water Column dan angin yang memanfaatkan sistem katup. Pembangkit inovatif ini kemudian diberi nama Indonesia Tidal Power (INTIP).
Abdul mengatakan bahwa dari hasil pengujian, nilai tegangan yang dihasilkan INTIP mengalami peningkatan sebesar 24 persen dibandingkan dengan teknologi konvensional. Sistem katup INTIP membuat sistem searah, sehingga terdapat celah udara bertekanan yang mengalir dengan bebas. “Kemudian kami manfaatkan udara bertekanan tersebut untuk menggerakan pembangkit listrik tenaga angin,” katanya.
Abdul berharap, inovasi yang mereka tawarkan ini mampu membantu memenuhi kebutuhan listrik di daerah 3T dengan lokasi di sekitar pesisir. “Generasi emas 2045 akan lahir ketika pemerataan energi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia telah terpenuhi,” pungkasnya. (frd)