Mahasiswa ITS Ciptakan Metode Pembelajaran Online untuk ABK
Tim yang terdiri dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil dan Departemen Sistem Informasi ITS berhasil membuat aplikasi bernama CLON (Claster of Education). Inovasi ini pun berhasil meraih penghargaan di ajang internasional.
Mereka adalah Hafizh Muhammad Rozaan, Rifqi Nadhif Arrafid, Galih Syifa’ul Ummah, Cahyo Aji Roliono, dan Yohanes Jose Ariawan yang menggagas inovasi berupa aplikasi e-learning yang dibuat untuk para penderita Autism Spectrum Disorder (ASD). Terobosan baru ini dibuat berdasarkan keresahan akan pembelajaran online yang dilaksanakan di Indonesia sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
Selaku ketua tim, Hafizh menjelaskan, masih belum adanya media pembelajaran online yang disediakan untuk siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam mengikuti pembelajaran online di masa pandemi seperti sekarang.
“Sedang media pembelajaran yang ada sekarang hanya bisa diakses oleh siswa atau mahasiswa normal seperti kita, sedangkan teman-teman kita yang berkebutuhan khusus tidak memiliki kemampuan untuk mengaksesnya,” kata Hafidz.
Berangkat dari permasalahan itu, kelima mahasiswa ini membuat aplikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar pada siswa SLB dengan metode "take and give". Metode ini memungkinkan siswa didik mengerjakan sebuah soal sesuai petunjuk untuk menerapkan perilaku beretika baik di masyarakat yang akan divisualisasikan melalui gambar yang menarik.
“Jadi nantinya akan dipandu kemudian akan diberikan reward atas prestasi yang sudah dicapai. Hal ini membutuhkan koordinasi dengan orang tua agar pembelajaran berjalan,” terangnya.
Mahasiswa Departemen Infrastruktur Sipil ITS ini mengatakan, aplikasi tersebut terdiri atas empat fitur utama yang sangat berguna untuk keperluan anak-anak SLB selagi mereka belajar dari rumah, antara lain Learning Journey, Quiz, Pengembangan Diri, dan Social Experience. Untuk fitur Learning Journey sendiri merupakan fitur yang di dalamnya akan ada pembelajaran harian seperti pengenalan huruf, pengenalan angka, dan pengenalan warna.
Menurut Hafizh, aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur Quiz yang merupakan fitur harian, di mana siswa hanya dapat melakukan ini satu kali sehari. Nantinya siswa akan diberi persoalan mengenai pertanyaan kepribadian, dan setelah melakukannya siswa akan mendapatkan reward sebagai apresiasi.
Lalu untuk fitur Pengembangan Diri, lanjut Hafizh, dibuat untuk meningkatkan kemampuan visual dari siswa. Nantinya akan terdapat banyak persoalan yang menggunakan gambar-gambar menarik, dengan tujuan untuk meningkatkan kepekaan dari otak kiri siswa. Sedang fitur Social Experience dimaksudkan untuk mengimplementasikan sikap-sikap positif kepada lingkungan sekitar, seperti melakukan tindakan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).
“Hal ini akan membuat anak perlahan semakin memperbaiki emosinya agar stabil pada emosi yang positif,” tuturnya.
Lebih lanjut mengenai CLON, mahasiswa angkatan 2019 ini memaparkan, bahwa aplikasi ini juga dilengkapi fitur tambahan berupa fitur Report yang berfungsi mengirimkan grafik perkembangan siswa dari pekerjaan mereka kepada pihak pendamping selaku pihak ketiga aplikasi ini, yang selanjutnya pendamping dapat mengolah langsung dan membuat kesimpulan apakah siswa mengalami peningkatan kinerja otak atau tidak.
Ia juga menjabarkan bahwa aplikasi CLON ini menerapkan Machine Learning yang dapat mengklasifikasikan tingkat kecerdasan siswa didik berdasarkan hasil uji pada empat fitur utama ke sebuah database. Sehingga, pada hari selanjutnya aplikasi ini akan dengan sendirinya memberikan soal berdasarkan tingkat kemampuan IQ dari siswa tersebut.
“Jadi semakin baik siswa tersebut mengerjakannya, maka akan semakin sulit soal yang diberikan pada hari selanjutnya, begitu juga sebaliknya,” paparnya.
Ditanya soal keunggulan dari aplikasi yang dibuat, Hafizh mengungkapkan bahwa CLON ini belum pernah ada sebelumnya.
Selain itu, imbuh Hafizh, dari aplikasi yang dibuatnya, ia dan tim berhasil menyabet satu Gold Medal dari 28 gold medal yang diperebutkan. Timnya juga berhasil mengalahkan 202 peserta dari 35 negara yang ikut serta dalam ajang ini.
“Indonesia sendiri mengirimkan tiga tim, yaitu tim saya dari ITS, dan dua tim dari universitas lainnya yakni Universitas Gajah Mada dan Universitas Jenderal Achmad Yani,” jelasnya.