Mahasiswa ITS Ciptakan Kotak Distribusi Vaksin Low Budget
Mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Muhammad Adrian Fadhilah berhasil menciptakan kotak distribusi vaksin.
Alat yang diberi nama Vaccine and Medicine Distribution Box atau VD-BOX ini merupakan kotak yang ditujukan untuk mempermudah distribusi vaksin, terutama di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. Inovasi VD-BOX ini sudah dikembangkan Adrian selama enam bulan lamanya.
Menurut penuturan Adrian, dirinya menciptakan VD-BOX setelah melihat adanya kesulitan dalam melakukan pendistribusian obat-obat kesehatan, terutama bagi wilayah-wilayah yang berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia.
“Dengan adanya hal tersebut, saya berpikir, berarti nanti ketika vaksin masuk, bukankah akan sulit untuk mendistribusikan ke daerah 3T dengan tingkat kesehatan yang rendah?” ungkap Adrian.
Motivasinya dalam menciptakan kotak untuk pendistribusian vaksin juga timbul karena Indonesia telah memesan 100 juta vaksin melalui perusahaan farmasi AstraZeneca, tetapi kotak distribusi vaksin yang ada saat ini memiliki ukuran sangat besar dan dengan harga yang mahal.
Dari sanalah Adrian menggagas ide untuk menciptakan VD-BOX, kotak distribusi vaksin yang murah tetapi tetap memenuhi standar keselamatan dan kesehatan.
Tidak hanya berupa karya tulis, Adrian juga telah membangun prototipe asli dari VD-BOX dan telah dilakukan uji coba.
Adrian membeberkan, bahan yang digunakannya untuk membuat VD-BOX, yaitu dari material plastik High Density Polyethylene (HDPE), yakni plastik yang terbuat dari minyak bumi dan memiliki karakteristik tidak tembus air, tidak berbau, tahan panas dan tahan benturan.
"Sistem kerja VD-BOX bekerja dengan menjaga kestabilan suhu di dalam kotak, yaitu antara 2-8 derajat celcius dengan rentang waktu 15 jam sesuai dengan standar penyimpanan vaksin," jelasnya.
Adrian menyampaikan, dirinya berfokus pada bagaimana cara untuk bisa mendistribusikan vaksin dalam rentang waktu yang tinggi, tetapi dengan komponen yang ramah lingkungan.
“Untuk VD-BOX, saya menggunakan HDPE daur ulang, bahkan ini merupakan bahan yang saya usung dan saya buat supaya aspek ramah lingkungannya tinggi,” papar Adrian.
Sementara itu, komponen pendingin yang dimiliki VD-BOX dibuat dengan menggunakan alat pendingin termoelektrik yang disebut peltier dan mengombinasikannya dengan ice pack blue gel, yakni merupakan produk yang mampu menyerap serta menyimpan hawa dingin dan bisa mempertahankan kebekuan suatu benda.
Rancang bangun dari VD-BOX ini disusun Adrian dengan menggunakan prinsip eco-design atau modular design, di mana apabila salah satu sisi kotak mengalami kendala, maka kotak tersebut bisa diperbaiki dengan hanya mengganti bagian yang rusak.
Selain itu, dalam menjaga ketahanan daya VD-BOX, Adrian juga mengintegrasikan hybrid energy resources, yakni pengisian daya yang bisa dilakukan dengan menggunakan panel surya atau sumber listrik biasa.
“Jadi panel surya ini bisa diletakkan di daerah-daerah 3T. Namun, tidak hanya panel surya, alat ini juga bisa melakukan pengisian daya seperti alat elektronik biasanya,” ungkap mahasiswa yang hobi menulis itu.
Advertisement